Jumat, 23 Mei 2025

Puisi: Hey Bung

Jumat pagi. Langit menangis membasahi bumi

Dingin memeluk raga yang letih 

Sunyi mendekap temaram jiwa 

Menyeruak sayatan memori getir 

Dendam mengalir sebagai sebuah bara

Penindasan, marginalisasi, dan ketidakadilan

Membakar asa untuk bersabung menuju titik tinggi

Aku tidak ingin menjadi anak panah. Selamanya, tidak bisa menentukan arah

Aku tidak mau menjadi wayang. Terikat, tidak dapat mengukir cerita

Gerimis reda. Lagu "Kalah" berduet dengan Balbi Soprani menghantar hingga nihil sadar

Tenggelam dalam ziarah mimpi. Mimpi besar

Hey bung, yang di atas sana, tunggu aku di ujung waktu. Soy una ganadora, no rendo !




Jumat, 16 Mei 2025

Puisi: Simulakra

Ingin terlihat kaya tapi tidak mau kaya. Branding glamour. Malas improve diri. Hutang sana, nipu sini, untuk eksistensi 

Ingin terlihat pintar. Namun tidak suka ilmu. Hobi berburu gelar akademis. Tesis dan disertasi diurus joki

Ingin terlihat berintegritas. Namun tidak mau menjaga integritas. Bersih hanya slogan dan dokumen formalitas. Masih demen ngembat duit haram

Ingin terlihat religius. Namun tidak mau religius. Sosmed dipenuhi dalil agama. Perilaku mirip mafia

Mementingkan cangkang dari pada isi. tergila-gila pada kesan, tidak peduli realitas

Zaman simulakra, banyak manusia memendam birahi pada kepalsuan 




Kamis, 15 Mei 2025

Puisi: My Queen Tatiana

Berawal dari sosial media

Pertama kali ku hubungi dia

Basa-basi coba dekati. Di awal jual mahal. Lama-lama terpanah asmara 

Meski tak pernah bertatap muka

Jangkar hati tertambat 

Tak sekalipun bertemu

Getaran cinta menjalar dalam kalbu 

5 tahun kenal memutuskan mengayuh bahtera keluarga 

Pertama kali memandang ayu mu di prosesi lamaran

Walau pengangguran. Modal cinta dan keyakinan 

Atas ridho Tuhan. Semesta bersama kita

My Queen Tatiana. Cinta kita abadi. Yang lain fana





Selasa, 13 Mei 2025

Puisi: Pacar Tak Sampai

Mochtar terpikat kepada Yulistyana 

Rekan kerja, sesama perantau

Saat malam datang sering membunuh waktu bersama

Nongki tipis-tipis di Orso hingga lesehan pinggir jalan

Saling panggil beb dan say simbol keakraban

Terbawa perasaan. Benih-benih cinta tumbuh di hati Mochtar 

Tetapi, rasa itu bertepuk sebelah tangan 

Yulis menganggap Mochtar sebatas teman kerja

Panah asmara gagal menembus kalbu

Hubungan retak. Keduanya tidak lagi jalan berdua

Cinta gugur sebelum mekar. Pacar tak sampai. 


Minggu, 04 Mei 2025

Puisi: Hiariej Alvat

24 November 2022. Buah cinta hadir ke dunia

Hiariej Alvat. Anak pertama. Sebuah nama. Sebuah doa

Ketika anak lelaki lahir, dia ingin memenangkan setiap pertempuran dalam hidupnya 

Seperti halnya seorang ibu yang memberikan segalanya dan bertaruh nyawa untuknya 

Nak, kehidupan ini bagai menyusuri hutan belantara 

Penuh misteri. Rintangan dan godaan silih berganti menerpa 

Jika kau mendapati kalah dalam hidupmu. Segeralah bangkit melawan dengan gagah seperti anak Dewa Bayu

Saat getir menyapa. Mencoba menghentikan langkahnu. Bertumbuhlah lebih kuat sebagaimana ayah Abhimanyu di Kurusetra

Jangan abu-abu melawan keras dunia. 

Berjuanglah dengan keyakinan, keberanian dan kegigihan 

Di nadimu mengalir doa papa, mama, dan leluhur