Kamis, 25 Agustus 2016

TARGET TERCAPAI !!



Dalam artikel saya yang berjudul 18+ PRADIKTA ANDI ALVAT saya mengatakan : “saya adalah pribadi yang selalu mempunyai target-target tertentu dalam hidup , baik itu target jangka panjang maupun target jangka pendek , target-target tersebutlah yang mendorong saya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari pada yang orang lain lakukan”



Saya adalah pribadi yang selalu mempunyai ekspektasi dengan standar yang tinggi terhadap apapun , karena dengan ekspektasi yang tinggi maka saya juga akan memiliki motivasi yang tinggi pula dalam menjalani hidup , maka dari itu target-target yang saya canangkan dalam hidup ini selalu berafiliasi dengan standar yang tinggi.



Karena yang membedakan motivasi , semangat , gairah dan keseriusan hidup antara orang yang satu dengan orang yang lain adalah ekspektasi dan tujuan hidup yang ingin mereka capai , seberapa besar ekspektasi dan tujuan hidup yang ingin dicapai oleh seseorang akan sangat mempengaruhi orientasi berpikir , bersikap , berperilaku dan karakter seseorang tersebut dalam menjalani hidup.



Lalu mengapa saya selalu mempunyai ekspekstasi dengan standar yang tinggi terhadap apapun ? teori nya sederhana saja , saat saya mempunyai ekspektasi dengan standar yang tinggi maka dengan sendirinya ekspektasi tersebut juga akan memberikan tekanan kepada saya , dan tekanan tersebutlah yang akan mendorong dan memotivasi saya untuk selalu memberikan yang terbaik yang bisa saya lakukan , dengan selalu memberikan yang terbaik maka potensi yang bersemayam di dalam diri saya otomatis akan keluar dengan sendirinya sehingga hasil yang saya dapatkan adalah hasil yang terbaik dan maksimal. ( Target tinggi --> motivasi tinggi -->  usaha maksimal --> melahirkan hasil yang maksimal )



Dengan selalu mempunyai ekspekstasi dengan standar yang tinggi memang tidak selalu membuat saya mampu meraih target-target yang saya canang kan dalam hidup ini, akan tetapi setidaknya dengan selalu mempunyai ekspektasi dengan standar yang tinggi akan memudahkan dan membantu saya untuk mendapatkan hasil terbaik yang seharusnya bisa saya dapatkan , saya selalu yakin saat saya mempunyai ekspektasi dengan standar yang tinggi dan diiringi dengan usaha yang maksimal untuk mewujudkannya maka apapun hasilnya , saya yakin itulah hasil yang terbaik bagi saya , saya selalu yakin saat saya selalu memberikan yang terbaik terhadap suatu proses maka apapun hasil dari proses tersebut pasti itulah hasil yang terbaik bagi saya.



Makna dalam sebuah kehidupan adalah dilihat dari seberapa besar usaha yang telah kita lakukan untuk meraih atau mendapatkan sesuatu bukan dilihat dari seberapa besar (hasil) yang telah kita dapatkan dari sesuatu usaha , karena seberapa besar usaha yang dapat kita lakukan untuk meraih atau mendapatkan sesuatu murni sepenuhnya berada di tangan kita , sedangkan seberapa besar hasil yang kita dapatkan dari sesuatu usaha murni berada di tangan sang maha pencipta.



Pada akhir artikel saya yang berjudul “target sempuna !!” saya mengatakan : “sebagai pribadi saya adalah seseorang yang selalu yakin dan percaya dengan kemampuan yang saya miliki artinya saya memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk dapat merealisasikan target tersebut meskipun hal tersebut tidaklah mudah akan tetapi sebagai pribadi saya selalu optimis !!” oleh karena itu di saat saya mencanangkan suatu target  tertentu di dalam hidup maka secara otomatis saya juga akan memiliki keyakinan dan kepercayaan diri bahwa saya pasti mampu merealisasikan target tersebut , setelah berusaha dengan keras dan berdoa saya selalu optimis terhadap apapun



Inti dari artikel saya yang berjudul “target sempurna !!” itu sendiri adalah saya memiliki target di akhir semester 3 lalu indeks prestasi saya bisa mencapai angka sempurna yaitu 4.00 , akan tetapi setelah berusaha semaksimal mungkin pada kenyataannya target tersebut tidak tercapai karena indeks prestasi saya di semester 3 lalu hanya mencapai 3,71 , kegagalan mencapai target yang saya canangkan tersebut tidak lantas membuat saya menurunkan standar yang saya buat , jika saya gagal mencapai indeks prestasi 4.00 di semester 3 maka saya harus bisa merealisasikan target tersebut di semester 4 dan semester-semester seterusnya , itulah orientasi berpikir saya.



Satu prinsip yang selalu saya pegang teguh yaitu saya tidak akan pernah menurunkan standar yang sudah saya canangkan hanya karena sebuah kegagalan ataupun sebab lainnya.



Oleh karena itu jika pada semester 3 lalu saya sudah mencanangkan target indeks prestasi saya bisa mencapai 4.00 , maka pada semester-semester kedepannya pantang bagi saya untuk menurunkan standar itu.



Maka dari itu sejak awal menginjak semester 4 ini , indeks prestasi 4.00 adalah target saya , target yang gagal saya wujudkan di semester 3 lalu harus bisa saya wujudkan di semester 4 ini itulah orientasi berpikir saya , maka dari itu di saat belajar menghadapi UTS maupun UAS di semester 4 ini orientasi usaha yang saya lakukan selalu berpatokan pada kesempurnaan.



Misalnya saat saya belajar suatu mata kuliah , saya memiliki prinsip harus menguasai setidaknya 90-100 % materi dari mata kuliah tersebut, dengan menguasai setidaknya 90-100 % materi membuat peluang untuk mendapatkan nilai A akan jauh lebih besar , oleh karena itu tak jarang saya harus belajar di luar rambu-rambu atau kisi-kisi soal yang di berikan oleh dosen , hal itu saya lakukan semata-mata untuk mengantisipasi apabila ada satu atau dua soal yang keluar di ujian yang melenceng dari rambu-rambu atau kisi-kisi yang diberikan oleh dosen karena hal itu tak jarang kerap terjadi.



Untuk menguasai setidaknya 90-100 materi% memang membutuhkan perjuangan yang lebih besar dan membutuhkan rentang waktu belajar (untuk menguasai materi) yang lebih lama pula , akan tetapi semakin besar perjuangan dan pengorbanan yang kita rasakan dalam mencapai sesuatu bukankah juga berpeluang menghasilkan kuantitas keberhasilan yang semakin besar pula bukan ??? Saya selalu yakin bahwa


"Semakin besar perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan dalam mencapai sesuatu , maka akan berpeluang menghasilkan kuantitas keberhasilan yang semakin besar pula , karena pada dasarnya tidak pernah ada perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia begitulah sejarah akan dan selalu membuktikannya"



Seperti yang saya sampaikan di awal artikel ini , bahwa saya adalah pribadi yang selalu mempunyai target-target tertentu dalam hidup , baik itu target jangka panjang maupun target jangka pendek , target-target tersebutlah yang mendorong saya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari pada yang orang lain lakukan , maka dari itu perjuangan yang lebih besar dan rentang waktu belajar yang lebih lama tersebut adalah bentuk usaha lebih yang saya lakukan agar saya mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada yang lain.



Pada akhirnya perjuangan dan pengorbanan yang saya rasakan dalam mencapai target yang saya canangkan tersebut berbuah hasil yang manis , karena pada semester 4 ini indeks prestasi saya akhirnya bisa mencapai target yang saya canangkan yaitu sempurna 4.00 , saya mendapat nilai A semua dalam 9 mata kuliah dengan bobot total 23 sks.



Dan satu hal yang terpenting adalah saya mendapatkan indeks prestasi sedemikian rupa tanpa ada kecurangan dan ketidakjujuran yang saya lakukan , tanggung jawab dan komitmen atas nama bidang yang saya geluti yang telah terpatri di dalam hati dan sanubari saya tetap saya pegang teguh , saya bukan tipe orang yang suka menghalalkan segala cara (termasuk cara yang tidak benar) untuk mendapatkan sesuatu tetapi saya adalah tipe orang yang suka memaksimalkan segala kemampuan dan usaha untuk mendapatkan sesuatu.



Dan setelah berhasil mencapai target indeks prestasi sempurna 4.00 pada semester 4 ini lalu apakah target saya selanjutnya ?? jawabannya sudah tentu mendapatkan indeks prestasi sempurna 4.00 di setiap semester yang tersisa , tidak mudah memang , akan tetapi sebagai pribadi saya selalu optimis.!!




“TIDAK ADA HAL YANG MUDAH DI DUNIA INI AKAN TETAPI JUGA TIDAK ADA HAL YANG MUSTAHIL , TUGAS KITA SEBAGAI MANUSIA ADALAH BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN KARENA DENGAN BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN TUHAN PASTI JUGA AKAN MEMBERIKAN HASIL YANG MAKSIMAL BAGI DIRI KITA”








Minggu, 14 Agustus 2016

KUALITAS WASIT MASIH BURUK, PERSEPAKBOLAAN NASIONAL SULIT MAJU



STADION GELORA BUMI KARTINI , JEPARA



Sedih, kecewa, marah dan emosi adalah respon dari sebagian besar komponen tim psir rembang (pelatih, pemain dan official), begitu wasit meniupkan pluit tanda berakhirnya pertandingan, tak bisa di pungkiri hadiah penalty “kontroversial” yang di berikan oleh wasit kepada tim tuan rumah persijap dimenit ke 93 membuat kemenangan yang sudah berada di depan mata itu pun sirna dalam sekejap mata.

Sebagai penonton, secara fair (bukan karena saya pendukung psir) saya menilai keputusan wasit dalam memberikan hadiah penalty kepada tim tuan rumah karena menganggap salah satu pemain psir ada yang handsball di dalam daerah 16 adalah sebuah keputusan yang keliru.

Saya melihat betul pada saat itu bola menyentuh dada , bukan menyentuh tangan dan saya juga yakin sebagian besar penonton termasuk para pemain dan pendukung persijap sendiri dalam hati nurani mereka masing-masing akan mengatakan bahwa pemberian penalty tersebut adalah keputusan yang keliru dari wasit, namun apa boleh buat keputusan wasit adalah keputusan final yang tidak bisa di ganggu gugat, ibarat asas res judicata pro veritate habeteur dalam ranah hukum yaitu setiap keputusan hakim wajib dianggap benar meskipun keputusan itu buruk, maka apapun keputusan wasit harus dianggap benar.

Terlepas bahwa setiap orang pasti dapat berbuat kesalahan, saya menilai setiap keputusan yang di keluarkan oleh wasit yang memimpin pertandingan antara persijap vs psir kemarin sore, sangat sering merugikan tim psir, dan puncaknya tentu saja hadiah penalty yang di berikan kepada tuan rumah di masa tambahan waktu yang membuat emosi segenap komponen tim psir semakin meledak.

Memang sudah menjadi semacam “kultur” dalam persepakbolaan negeri ini, bahwa tim yang bermain di kandang akan sedikit “di bantu” oleh wasit, tentunya agar lebih mudah untuk meraih kemenangan atau setidaknya dapat terhindar dari pahitnya kekalahan, dan tanpa kita sadari kultur semacam itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa persepakbolaan kita tak kunjung maju dan dapat berprestasi di kancah internasional.

Wasit adalah salah satu komponen yang berperan menentukan baik serta buruknya kualitas dan mutu dari persepakbolaan di suatu negara, wasit adalah salah satu elemen yang memegang peranan penting dalam menciptakan suasana yang kondusif dalam iklim persepakbolaan suatu negara, ambil contoh, bagaimana mungkin bisa, suatu pertandingan sepakbola dapat berjalan kondusif jika wasit yang notabene adalah sang pengadil laga saja tidak dapat memimpin jalannya pertandingan dengan baik dan jika tiap pertandingan saja tidak dapat berjalan dengan baik, bagaimana mungkin bisa menghasilkan kompetisi atau liga yang kondusif dan berkualitas ??? sekali lagi saya mengingatkan bahwasanya kemajuan persepakbolaan di suatu Negara adalah tanggung jawab bersama dari beberapa komponen, salah satu di antaranya adalah wasit yang notabene adalah sang pengadil dalam jalannya suatu pertandingan.

Oleh karena itu, selama kinerja para wasit di negeri ini belum kunjung membaik, maka akan sulit bagi kita untuk dapat melihat terciptanya suasana yang kondusif dalam kompetisi persepakbolaan negeri ini baik di kompetisi level junior (kelompok umur, pon dll) maupun kompetisi di level senior ( liga super , divisi utama) dan jika kompetisi di dalam persepakbolaan negeri ini belum juga kondusif maka semakin sulit pula bagi kita untuk dapat melihat tim nasional yang berkualitas dan bisa berprestasi di kancah internasional, karena sejatinya tim nasional yang kuat adalah hasil dari sebuah kompetisi yang kondusif dan berkualitas, teorinya seperti itu.

Dalam perjalanan pulang dari hotel tempat saya atau rombongan tim psir menginap menuju rembang, saya sempat bercanda kepada ayah saya , saat itu saya berkata seperti ini : “seharusnya penalty itu dihilangkan saja dalam persepakbolaan Indonesia, karena penalty sering di gunakan oleh para wasit yang tidak jujur untuk membantu salah satu tim agar dapat meraih kemenangan atau setidaknya menghindarkan salah satu tim dari kekalahan”.

Saya pun pernah mendengar joke dari beberapa pelaku sepakbola negeri ini yang berbunyi demikian “Di inggris ketika wasit melakukan kesalahan dalam memberikan suatu keputusan maka pasti itu adalah kesalahan yang tidak di sengaja (spontanitas), sedangkan di Indonesia ketika wasit melakukan kesalahan dalam memberikan suatu keputusan maka hampir pasti kesalahan tersebut adalah kesalahan yang di sengaja atau di skenario kan untuk menguntungkan salah satu tim”

Wasit yang memimpin laga persijap vs psir sore kemarin adalah contoh kecil dari cerminan buruknya kualitas wasit di negeri ini, seringkali pertandingan yang berjalan menarik di rusak oleh kepemimpinan wasit yang berat sebelah, dalam tiga bulan terakhir ini tentu kita sering mendengar bagaimana sempat terjadi beberapa insiden yang mewarnai kompetisi persepakbolaan negeri ini yang disebabkan karena kepemimpinan wasit yang kurang adil.

Bahkan pelatih persib, Djajang Nurjaman sempat memberikan kritik pedas kepada wasit yang memimpin laga antara perseru serui vs persib bandung, padahal selama ini djajang nurjaman di kenal sebagai pelatih yang jarang memberikan kritik pedas kepada wasit yang memimpin laga persib.

PSSI sebagai induk organisasi persepakbolaan nasional, seharusnya sudah menyiapkan kebijakan yang tepat untuk mengatasi permasalahan masif seperti ini, turnamen isc kali ini hendaknya bisa di jadikan semacam bahan renungan atau evaluasi oleh PSSI untuk merancang, menata dan menyiapkan kompetisi yang lebih berkualitas musim depan, tak hanya PSSI, pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi negeri ini juga berkewajiban membantu, mendukung dan membimbing PSSI untuk meningkatkan kualitas dan mutu persepakbolaan negeri ini yang tentunya di sesuaikan dengan koridor-koridor sesuai kaidah hukum dan aturan yang berlaku, dalam hal ini pemerintah tidak dalam posisi meng intervensi peran PSSI akan tetapi lebih kepada memberikan dukungan terhadap peningkatan professionalitas dan mutu dari suatu cabang olahraga bernama sepakbola, karena kemajuan prestasi olah raga di suatu negara sudah tentu menjadi tanggung jawab dari pemerintah nya dan saya rasa selama ini peran PSSI belum terlalu optimal dalam mengatasi buruknya kualitas wasit di persepakbolaan nasional kita, sehingga disini diperlukan dukungan baik moril maupun materil dari pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.

Sinergitas antara PSSI dan pemerintah sangat di perlukan untuk dapat mengatasi permasalahan yang sudah mendarah daging seperti ini, saya kira PSSI bersama pemerintah dan pihak kepolisian perlu melakukan komunikasi dan koordinasi secara intensif serta harus memiliki semangat idealisme yang sama untuk menggunakan pidana kepada seorang wasit yang terbukti menerima suap untuk menguntungkan salah satu tim (termasuk pemberi suap) karena sejauh apa yang saya tau (bila salah mohon di koreksi) sejauh ini belum pernah ada wasit yg dipenjara karena perkara suap, belum adanya wasit yang dipenjara bukan karena wasit kita memang bersih namun lebih kepada karena faktor penegakan hukum terhadap perkara ini belum di lakukan oleh institusi penegak hukum secara mendalam dan serius.

Pemberian uang pelicin kepada seorang wasit adalah perbuatan yang sudah termasuk ranah delik suap dan hal tersebut otomatis menjadi tanggung jawab dari negara untuk menanggulanginya (ranah pidana), disinilah peran pemerintah dengan alat penegakan hukum nya sangat di butuhkan dalam rangka penegakan hukum terhadap segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku di negara ini, dengan pemberian pidana kepada para wasit yang terkena suap maka pasti dapat memberikan semacam "shock therapy' kepada wasit-wasit lainnya agar tidak melakukan hal seperti itu , sehingga hal tersebut setidaknya mampu meminimalisir dan memperkecil peluang para wasit berbuat curang.

Akan tetapi di tengah buruknya kualitas sebagian wasit di negeri ini, saya tetap memberikan apresiasi yang sangat besar kepada sebagian wasit lainnya yang selalu memberikan dedikasi dan kinerja terbaik mereka dalam memimpin jalan nya suatu pertandingan, saya yakin di tengah maraknya wasit wasit yang tidak jujur dalam persepakbolaan negeri ini masih ada sebagian lagi dari para wasit-wasit tersebut yang selalu jujur dalam menjalankan amanah untuk memimpin jalannya suatu pertandingan, dan saya sangat menghargai akan idealisme mereka tersebut.

Pada intinya Pembenahan yang sangat serius harus dilakukan oleh PSSI, untuk membenahi dan mengatasi permasalahan perwasitan dalam persepakbolaan negeri ini, karena jika kualitas wasit dalam persepakbolaan nasional kita belum juga membaik maka akan sulit untuk bisa melihat kompetisi sepakbola negeri ini berjalan kondusif, jika kompetisi tidak bisa berjalan secara kondusif maka semakin sulitlah bagi kita untuk dapat melihat dunia persepakbolaan kita maju dan berprestasi.





SELESAI…