Terjadi sebuah peristiwa unik nan hangat pada pertandingan final
perebutan medali emas cabang olahraga pencak silat nomor tarung kelas C 55-60
kg putra, antara pesilat Indonesia Hanifan Yudani Kusuma melawan pesilat asal
Vietnam Nguyen Thai Linh di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah,
Jakarta Timur, pertandingan sore itu kebetulan disaksikan langsung oleh Presiden
Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Ikatan Pengurus Besar Pencak Silat
Indonesia sekaligus lawan Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang Prabowo Subianto,
Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarno Putri dan juga Ketua Kontingen Indonesia
di Asian Games 2018, Komjen M Syafruddin.
Peristiwa unik itu terjadi selepas pertandingan yang
dimenangkan oleh Hanifan Yudani Kusuma tersebut, dimana setelah memenangkan
pertandingan sekaligus menyumbangkan medali emas bagi Indonesia, Hanifan Yudani
Kusuma yang berselimut bendera merah putih dipunggung berlari menuju tribun
VVIP untuk menyalami Jokowi, Jusuf Kalla, Prabowo, Megawati dan M Syafruddin.
Setelah selesai bersalaman, Hanif Yudani Kusuma secara spontan
memeluk Jokowi dan Prabowo, dalam balutan bendera merah putih yang tadi
dilekatkan di punggungnya, sontak momen tersebut langsung mendapatkan tepuk
tangan yang meriah dari para penonton yang berada di venue pertandingan, sejenak suasana menjadi gemuruh.
Momen dimana Hanif, Jokowi dan Prabowo berpelukan hangat
dengan berbalut bendera merah putih seketika diabadikan oleh para awak media
dan penonton, ditengah panasnya suhu dan intrik politik yang mengitari kubu
Jokowi dan kubu Prabowo, momen tersebut pun bagaikan oase ditengah kegersangan dinamika
politik negeri ini yang sebelumnya dipenuhi oleh narasi-narasi negatif seperti
provokasi di medsos, hoaks, politik identitas, sentimen SARA, hingga tindakan
persekusi yang dilatarbelakangi oleh pilihan politik yang mengerucut antara
pendukung strutural Jokowi dan pendukung struktural Prabowo maupun antara
kelompok masyarakat pendukung Jokowi dengan kelompok masyarakat pendukung
Prabowo.
Oleh karenanya, momen berpelukannya Jokowi dan Prabowo
bersama Hanif dalam balutan bendera merah putih tersebut menyiratkan pesan
narasi yang positif kepada masyarakat dan pendukung kedua kubu bahwasanya
persatuan dan persaudaraan harus kita letakkan sebagai hal yang pokok dan
fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terlepas dengan segala
perbedaan yang kita miliki termasuk dalam hal pilihan politik.
Lebih jauh, budaya politik kita yang masih kental dengan
variabel politik patrimonial yang berakar kuat dari tradisi dan budaya zaman
kerajaan dahulu, dimana sikap dan pandangan para elite politik memiliki
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi sikap dan pandangan para akar rumput.
Dalam politik patrimonial para akar rumput atau klien akan
meletakkan dirinya dalam posisi inferior yang tunduk dan patuh oleh kewibawaan serta
tindak-tanduk dari sang elite politik atau biasa disebut patron.
Dengan demikian, momen hangat berpelukannya Jokowi dan
Prabowo yang menjadi tokoh variabel utama dari pada panasnya suhu politik
negeri ini, setidaknya dapat mengirimkan sinyal positif kepada para akar rumput
untuk menurunkan tensi politik yang beberapa waktu kebelakang begitu panas.
Dalam realitas politik, suhu dan tensi panas selalu berada
pada lingkup akar rumput, karena akar rumput hanya berlandaskan pada fanatisme
politik semata, fanatisme akan menyulut keberpihakan dan militansi absolut yang
dapat mematikan rasionalitas dan akal sehat, oleh karenanya jika dua buah kubu
yang hanya bermodalkan fanatisme belaka (nir rasionalitas dan nir akal sehat)
kemudian bertemu baik secara nyata maupun dalam dunia maya, bisa anda tebak apa
yang akan terjadi ?.
Sedangkan bagi elite politik, disamping mereka memiliki
fanatisme politik, pada umumnya mereka juga dibekali dengan intelektualitas dan
rasionalitas yang cukup, mereka akan pandai dan cermat dalam memainkan peran untuk
menarik atensi publik berbalut dramaturgi politik, maka lazim kita temui, dua
elite politik yang sejatinya “berseteru” dapat dengan mudahnya bersenda gurau dan
tertawa lebar saat bertemu, hal yang sepertinya sulit terjadi dikalangan akar
rumput.
Kembali dalam konteks budaya politik patrimonial yang
mengakar di Indonesia, dalam politik patrimonial sikap dan pandangan elite
politik akan memiliki pengaruh kuat dalam membentuk sikap dan pandangan akar
rumput, oleh karena itu kedepan Jokowi dan Prabowo sebagai tokoh variabel utama dari
panasnya tensi politik maupun juga elite-elite politik pendukung Jokowi dan
Prabowo hendaknya dapat berperilaku santun dan menyejukkan dalam proses dinamika kontestasi
politik kedepan serta mampu memberi contoh yang baik kepada para akar rumput
tentang bagaimana menyikapi sebuah kontestasi politik dan bagaimana meletakkan
persatuan dan kesatuan sebagai sebuah hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara terlepas dengan segala perbedaan yang ada.
Elite politik jangan malah menaikkan tensi politik dengan
cara memainkan emosi psikologis para akar rumput melalui bentuk-bentuk agitasi
politik, yang justru dapat semakin meruncingkan suasana yang pada akhirnya
dapat menimbulkan konflik horizontal, karena politik pada dasarnya adalah
sarana moderasi konflik bukan justru sarana melahirkan konflik.
Di satu sisi, selain menimbulkan narasi positif bagi publik maupun para akar rumput, momen berpelukan nan hangat antara Jokowi dan
Prabowo yang merupakan rival pada Pilpres 2019 mendatang kebetulan terjadi dalam
ranah olahraga, sehingga saya berharap Jokowi dan Prabowo kedepannya mampu meniru dan merefleksikan spirit atau nilai-nilai esensial dari
olahraga seperti sportivitas, fairplay dan kejujuran ke dalam percaturan kontestasi politik yang tengah mereka ikuti.
Sebagai patron politik, Jokowi dan Prabowo harus mampu memberikan pembelajaran politik yang konstruktif bagi terciptanya kondusifitas baik kepada publik maupun kepada akar rumput (klien). Bahwasanya berkompetisi itu tidak harus saling bermusuhan, berkompetisi itu tidak harus saling mencaci, berkompetisi itu adalah adu gagasan untuk membawa kesejahteraan bagi rakyat, jika itu mampu dilakukan oleh Jokowi dan Prabowo maupun oleh para elite-elite politik pendukung Jokowi dan Prabowo, saya optimis Pilpres 2019 mendatang akan dapat berjalan aman, kondusif, dan menyejukkan.
SELESAI