Sabtu, 30 Juni 2018

PIALA DUNIA DAN IRONI MESSI


" Semua tim yang berlaga dalam piala dunia pada hakikatnya adalah berjuang untuk mendapatkan tangis bahagia di akhir kejuaraan, jika itu tidak didapat maka tangis kesedihan adalah gantinya "


Piala dunia adalah ibarat padang kurusetra dalam wiracrita Mahabarata, tempat bertarungnya para ksatria-ksatria sepakbola terbaik di muka bumi yang berjibaku membela tanah air masing-masing demi sebuah gelar supremasi tertinggi sepakbola dunia.

Seperti halnya gelanggang kurusetra, piala dunia tentunya juga diwarnai duel-duel sengit hingga dramatis yang terkadang melahirkan momen-momen memorable sepanjang masa.

32 negara yang berpartisipasi dalam piala dunia akan saling jegal saling sikut untuk menjadi yang terbaik di muka bumi.

Dan untuk menjadi yang terbaik di muka bumi setiap tim tentunya harus mampu mengalahkan lawan-lawan yang menghadang, dimulai dari fase grup, perdelapanfinal, perempatfinal, semifinal dan final.

Disinilah piala dunia akan berentitas menjadi sebuah ajang yang melankolis, piala dunia akan menjadi ladang tangis baik itu tangis kebahagiaan maupun tangis kesedihan bagi pemain, pelatih, hingga pendukung sebuah negara.

Di mulai dari fase grup tangis dan tawa tentunya sudah menghiasi, memasuki babak knock-out piala dunia akan semakin masif melahirkan tangis, tim atau negara yang gugur akan diratapi dengan tangis oleh para pemain yang berjibaku dan para pendukung, mengingat begitu panjangnya perjuangan dan pengorbanan baik bagi tim maupun secara khusus bagi para pemain untuk bisa tampil di ajang piala dunia ini.

Babak perdelapanfinal, perempatfinal, semifinal, hingga final akan selalu menghadirkan tangis kesedihan bagi tim yang kalah dan tim yang dapat menangis bahagia di akhir turnamen adalah tim yang keluar sebagai juara dunia.

Oleh karena itu, pada hakikatnya setiap tim yang bertarung di ajang piala dunia adalah berjuang agar dapat mendapatkan tangis bahagia di akhir turnamen, yaitu dengan menjadi juara di ajang sepakbola paling prestisius dunia yang hanya diadakan 4 tahun sekali.

Jika tidak dapat mendapatkan tangis bahagia di akhir turnamen maka dapat dipastikan tangis kesedihan adalah yang akan mereka rasakan.


IRONI MESSI


Tangis kesedihan pula yang akhirnya dirasakan oleh para pendukung dan rakyat Argentina ketika timnas Argentina harus gugur di babak perdelapanfinal piala dunia 2018 setelah di hempaskan oleh juara piala dunia 1998 Perancis dengan skor 4-3.

Kesedihan itu juga tergambar jelas dalam raut wajah sang mega bintang Argentina, Lionel Messi, betapa tidak, piala dunia tahun ini kemungkinan besar akan menjadi ajang piala dunia terakhir bagi Messi, mengingat di ajang piala dunia berikutnya Messi akan berusia 35 tahun.

Kalaupun Messi bisa tampil pada piala dunia 2022 mendatang hampir pasti kemampuan dan determinasinya akan menurun seiring dengan bertambahnya usia, usia 35 tahun tentu dapat dikatakan uzur untuk bersaing dalam ajang kompetitif seperti piala dunia.

Piala dunia sendiri memang menjadi ajang yang tidak bersahabat bagi Messi, tampil 4 kali di ajang piala dunia, yakni piala dunia 2006, piala dunia 2010, piala dunia 2014 dan piala dunia 2018, tak sekalipun Messi mampu menunjukkan performa gemilang dan mengangkat juara bersama Argentina.

Prestasi terbaik Messi bersama Argentina di ajang piala dunia adalah pada piala dunia 2014 dimana Messi mampu menghantarkan tim tango hingga ke babak final sebelum akhirnya dikandaskan oleh tim spesialis turnamen Jerman lewat gol tunggal Mario Goetze.

Lebih parahnya Messi pun tidak pernah mampu mencetak gol di babak knock-out piala dunia, selama berpartisipasi di 4 piala dunia total Messi hanya mampu mencetak 6 gol yang kesemuanya di cetak di fase grup.

Sungguh ironi memang, Messi yang begitu perkasa dan superior di level klub bersama Barcelona dengan 5 trofi pemain terbaik dunia, ratusan gol, puluhan trofi dan rekor demi rekor namun justru kurang mampu menunjukkan tajinya bersama Argentina.

Hal ini menandakan bahwa sepakbola adalah olahraga kolektif bukan individu, Messi bisa bersinar di Barcelona karena di sokong gelandang-gelandang mumpuni macam Xavi, Fabregas, Iniesta, Busquets hingga Ivan Rakitic, namun ia tidak bisa mendapatkan sokongan itu di Argentina, hal inilah yang disinyalir kuat membuat Messi kurang mampu tampil maksimal saat bermain bersama albiceleste.

Kegagalan Argentina di piala dunia 2018 ini membuat Messi masih akan tetap berada dibawah bayang-bayang sang senior Diego Maradona, selama ini Messi kerap dibanding-bandingkan dengan Maradona mengingat begitu banyak kemiripan diantara mereka, seperti posisi bermain, postur tubuh, kaki kidal, jago dribel dan bernomor punggung 10, namun agaknya bagi orang Argentina Messi tetaplah belum selevel dengan Maradona mengingat Messi belum bisa membawa Argentina menjuarai piala dunia sebagaimana yang Maradona lakukan pada tahun 1986.

Bagi saya pribadi Messi dan Maradona adalah sebuah fenomena, mereka adalah dua pemain yang dilahirkan dengan bakat istimewa untuk memberikan sesuatu yang melekat di memori setiap manusia yang pernah menyaksikan mereka bermain.

Di sisi lain membandingkan Maradona dan Messi saya kira bukanlah hal tepat, mengingat mereka bermain di era yang berbeda, tantangan dan kompleksitas sepakbolanya juga berbeda, apalagi akan menjadi tidak adil jika bahan pembanding utama antara keduanya adalah gelar piala dunia bersama timnas tanpa melihat aspek-aspek lainnya seperti statistik penampilan dan rasio gol baik di timnas maupun klub atau gelar kolektif maupun gelar individu di level klub.

Sepakbola adalah olahraga kolektif bukan individu, oleh karena itu tidak bisa di klaim begitu saja bahwa keberhasilan atau kegagalan Argentina di piala dunia hanyalah karena andil Maradona dan Messi, mengingat keberhasilan maupun kegagalan sebuah tim pada dasarnya merupakan peran dan tanggungjawab bersama seluruh komponen tim.

Meskipun pada akhirnya tidak pernah meraih juara piala dunia sekalipun, dengan segala pencapaian yang telah diraih saya kira Messi akan tetap menjadi salah satu pemain sepakbola terbaik sepanjang masa yang akan selalu dikenang dalam sejarah panjang cabang olahraga termasyhur ini, karena sejarah telah mencatat bahwa tidak semua pemain hebat memang ditakdirkan untuk mendapatkan gelar juara secara lengkap.

Sebut saja Maradona yang pernah merasakan juara piala dunia namun belum pernah merasakan juara liga Champions Eropa, Hal yang sama juga berlaku bagi Ronaldo Nazario, kemudian Steven Gerrard yang tidak pernah merasakan juara liga Inggris meski pernah merasakan juara liga Champions Eropa, Eusebio yang tidak pernah juara piala dunia dan eropa, Johan Cruyff yang hanya mampu mengantarkan Belanda menjadi juara kedua piala dunia, bahkan ada pemain hebat nan legendaris yang tidak pernah bermain di piala dunia sekalipun sebut saja Gorge Best.

Pada akhirnya tanpa gelar piala dunia pun Messi akan tetap menjadi legenda, tidak hanya legenda bagi Argentina maupun Barcelona tetapi juga legenda bagi olahraga sepakbola itu sendiri.

Percayalah nama Lionel Messi akan tetap mahsyur hingga puluhan bahkan ratusan tahun kedepan.



Selesai ....











Jumat, 29 Juni 2018

PUISI : AKU


Ketika segerombolan angsa berhias menjadi singa, aku tetaplah aku.

Ketika sekelompok keledai berlagak seperti gajah, aku tetaplah aku.

Ketika seekor burung pipit mencoba menyerupai burung kasuari, aku tetaplah aku.

Ketika peluh subuh yang dingin berubah hangat menyengat, aku tetaplah aku.

Ketika eloknya langit senja berganti kelam gulita malam, aku tetaplah aku.

Ketika desir ombak di lautan tak lagi menari gemulai, aku tetaplah aku.

Ketika jejak kaki menuju keriuhan samar lebih berarti dari keheningan suci, aku tetaplah aku.

Ketika kawanan mereka berlomba mengikuti derasnya arus zaman, aku tetap berdiri tegak dalam alas nurani dan iman.







Kamis, 28 Juni 2018

PUISI : KEHENINGAN JIWA


Di gubuk tua jiwa ku tergigil hampa.
Hening merayap sepi, berbaur tabir gelisah yang terpaut di hati.
Tak ada sayup-sayup.
Hanya getir sunyi yang menemani.

Angin menggelayut manja menyisir resah jiwa.
Kesendirian menyayat pedih.
Pedar menjalar sekal.
Batin serasa majal.

Malam ini bulan nampak pucat pasi.
Tak tersenyum anggun penuh rona.
Adakah ia sedang bermuram durja ?.
Bulan terbunuh sepi.
Tanpa bintang yang menemani.

Sendiri terasa hambar.
Sepi menebar gundah.
Sunyi menggelitik pelik.
Raga terjerat temaram.

Di batas hening jiwa ku meronta.











Minggu, 24 Juni 2018

LAGA KLASIK INDONESIA


" Sepakbola akan semakin menarik untuk ditonton tatkala kedua tim yang bertarung tidak hanya bertanding untuk menang tetapi juga untuk sebuah kehormatan dan kebanggaan dalam balutan sportifitas "



Pada awal artikel ini saya ingin menegaskan bahwa apa yang saya tulis pada artikel ini merupakan perspektif saya pribadi yang sangat mungkin berbeda dengan sudut pandang anda maupun sudut pandang orang lain, namun dapat saya pastikan sudut pandang saya dalam artikel ini sudah barang tentu dilandasi dengan dasar argumentasi yang kuat.

Berbicara laga klasik, benak kita pasti akan terpikat pada bayangan akan sebuah laga bertensi tinggi, sarat historis, penuh nostalgia, bumbu emosi, kualitas pertandingan kelas tinggi hingga antusiasme yang membara.

Hal-hal tersebut merupakan ciri khas dari sebuah laga klasik, jika dalam sebuah pertandingan sepakbola hal-hal seperti itu tidak tercermin satu pun maka sulit untuk mengatakan bahwa laga tersebut cukup mahfum untuk di sebut laga klasik.

Lalu sebenarnya apa itu laga klasik ?, Sebelum membahas laga klasik ada baiknya kita tinjau dari hal yang sederhana yakni makna harfiah dari klasik itu sendiri, secara harfiah klasik berarti : berasal dari masa lampau, tidak kolot atau ketinggalan zaman, klasik juga memiliki konotasi agung, berkualitas dan serba tinggi.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia klasik memiliki dua makna pokok yaitu pertama, nilai atau mutu yang menjadi tolok ukur kesempurnaan yang abadi, kedua, termahsyur karena bersejarah.

Maka dari itu, laga klasik sejatinya memiliki dua arti atau landasan, yakni laga yang penuh mutu dalam hal ini dapat dipahami laga-laga yang mempertemukan klub-klub yang sarat prestasi atau yang terbaik di liga negaranya, diluar negeri dapat kita jumpai laga berlabel laga klasik seperti laga Barcelona vs Real Madrid, Manchester United vs Liverpool, Juventus vs AC Milan, Ajax Amsterdam vs PSV Eindhoven hingga Boca Junior vs River Plate.

Laga-laga diatas merupakan laga yang sangat mahfum dan telah mendapatkan legitimasi kuat untuk disebut laga klasik, mana ada yang menyangkal bahwa laga antara Real Madrid vs Barcelona adalah bukan laga klasik, lha wong label laga keduanya selalu bertajuk El Clasico ( klasik ), lalu mengapa Real Madrid vs Barcelona disebut laga klasik bahkan tidak hanya di Spanyol tapi juga di dunia ? salah satu alasannya adalah karena Real Madrid dan Barcelona sendiri merupakan 2 klub tersukses di Spanyol, dengan koleksi gelar terbanyak di liga Spanyol, Real Madrid memiliki 33 gelar sedangkan Barcelona 25 gelar, Real Madrid dan Barcelona pun sering disebut khalayak umum sebagai "rival abadi".

Hal tersebut juga berlaku bagi laga Manchester United vs Liverpool, dua klub tersukses di Inggris, Juventus vs AC Milan, dua klub tersukses di Italia, Ajax vs PSV, dua klub tersukses di Belanda, dan Boca Junior vs River Plate, dua klub tersukses di Argentina.

Ini berarti salah satu landasan untuk menyebut laga klasik adalah karena raihan prestasi, jika itu tolok ukurnya, maka laga klasik di liga Indonesia tentunya adalah laga yang mempertemukan 2 klub yang memiliki prestasi terbaik di Indonesia, jika dihitung dari era perserikatan hingga saat ini, maka laga yang paling sahih untuk disebut laga klasik adalah laga antara Persija Jakarta vs Persebaya, karena merekalah 2 klub pengoleksi gelar juara terbanyak, Persija dengan 10 gelar ( 9 perserikatan + 1 liga Indonesia ) dan Persebaya dengan 8 gelar ( 6 perserikatan + 2 liga Indonesia ).

Kemudian landasan kedua untuk menyebut laga klasik sebagaimana diartikan secara harfiah, adalah laga-laga yang syarat historis atau sejarah, hal ini dapat dipahami bahwa makna laga klasik adalah laga-laga yang mempertemukan klub-klub tertua di sebuah negara.

Jika ditinjau dari landasan historis atau sejarah maka laga klasik di Indonesia adalah laga yang mempertemukan klub-klub tertua di Indonesia, klub tertua di Indonesia, yakni PSM Makassar 103 tahun, PPSM Magelang 99 tahun, Persis Solo 95 tahun, Persebaya Surabaya 89 tahun dan Persija Jakarta 88 tahun, jika landasan laga klasik ditinjau dari sisi historis yang dapat dipahami sebagai laga-laga yang mempertemukan klub-klub tertua di Indonesia, maka laga-laga yang mempertemukan antar kelima klub tersebut di atas merupakan laga klasik.

Laga klasik dengan landasan historis menurut hemat saya juga dapat dipahami sebagai laga-laga yang mempertemukan antar klub-klub pendiri PSSI, sebagaimana kita ketahui ada 7 klub pendiri PSSI yakni Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Madiun, PSIM Yogyakarta, Persis Solo dan PPSM Magelang, laga-laga antar ketujuh klub tersebut pun juga layak untuk disebut laga klasik mengingat ketujuh klub tersebut adalah aktor yang menginisiasi lahirnya induk sepakbola nasional kita.

Jika di konkretisasi maka laga klasik menurut pendapat saya memiliki 2 landasan persepektif, pertama yakni dari sisi prestasi atau yang dipahami sebagai laga yang mempertemukan 2 klub tersukses di liga sebuah negara, jika itu tolok ukurnya maka di Indonesia hanya laga Persija Jakarta vs Persebaya Surabaya layak untuk di sebut laga klasik karena merekalah pengoleksi gelar juara terbanyak di Indonesia, dan jika dari segi prestasi yang menjadi tolok ukurnya maka penentuan laga klasik di masa depan bisa saja berubah tidak hanya untuk laga Persija vs Persebaya, karena di masa depan pengoleksi gelar terbanyak bisa saja berubah.

Karena sejauh apa yang saya tau laga berlebel klasik di manapun pasti adalah laga yang mempertemukan 2 klub tersukses di sebuah negara, contohnya ya laga Real Madrid vs Barcelona, Ajax vs PSV, Manchester United vs Liverpool, Juventus vs AC Milan, Boca Junior vs River Plate dll.

Kemudian perspektif kedua adalah dari sisi historis, yang dibagi dua, yakni dari sisi usia klub dan dari sisi pendiri PSSI, jika tolok ukurnya sisi historis maka label laga klasik di Indonesia adalah laga-laga yang mempertemukan klub-klub tertua di Indonesia, dan juga laga-laga yang mempertemukan klub-klub pendiri PSSI, jika ini tolok ukurnya maka sampai kapanpun label laga klasik di Indonesia tidak akan berubah seiring berjalannya waktu.

Lalu apa itu laga derby ? laga derby selalu berafiliasi erat dengan laga yang mempertemukan 2 klub yang berada dalam satu wilayah geografis yang sama, misalnya satu kota, satu pulau hingga satu provinsi, di luar negeri dapat kita temui laga berlabel derby seperti laga Manchester United vs Manchester city, Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers, Inter Milan vs AC Milan, Napoli vs Palermo, AS Roma vs Lazio, Boca Junior vs River Plate, Arsenal vs Chelsea hingga Atletico Madrid vs Real Madrid.

Di Indonesia juga banyak laga bertajuk laga derby seperti Persija vs Persitara, Persita vs Persikota, PSS vs PSIM, Mitra Kukar vs Pusamania Borneo, hingga Persebaya vs Arema, klub kebanggaan kota saya PSIR Rembang pun memiliki laga derby bertajuk derby muria yakni melawan Persiku Kudus.

Lalu apa bisa sebuah laga bertajuk laga derby sekaligus berlabel laga klasik ? bisa saja contohnya adalah laga antara Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers, 2 klub tersebut merupakan 2 klub tersukses di Skotlandia ( Celtic 49 gelar juara liga Skotlandia, Rangers 54 gelar juara liga Skotlandia ) sekaligus 2 klub yang berada dalam wilayah kota yang sama yakni Glasgow, kemudian laga berlabel derby sekaligus klasik juga dapat di jumpai dalam laga Boca Junior vs River Plate yang merupakan 2 klub tersukses di Argentina ( River Plate 36 gelar juara liga Argentina, Boca Junior 32 Juara liga Argentina ) yang kebetulan berbasis di kota yang sama Buenos Aires, sedangkan untuk Indonesia menurut pendapat saya belum ada laga yang layak untuk memiliki label double sebagai laga klasik sekaligus laga derby.

Pada dasarnya penilaian sebuah laga klasik atau tidak bukanlah hal yang fundamental karena tidak akan berpengaruh terhadap jalannya laga itu sendiri baik secara teknis maupun non teknis, misalnya kita menilai Persib vs Persija bukan laga klasik, namun pendapat itu tidak akan merubah jalannya pertandingan antara Persib vs Persija yang pasti akan selalu diwarnai tensi tinggi, sarat emosi, gengsi hingga antusiasme yang membara.

Pada hakikatnya sepakbola akan terasa lebih menarik untuk di tonton ketika 2 klub yang berlaga tidak hanya bertarung untuk menang tetapi juga demi sebuah kehormatan dan kebanggaan dalam balutan sportifitas, dalam sepakbola hal-hal seperti itu akan bisa kita temukan pada laga klasik maupun laga-laga derby meskipun kadang label "sportifitas" kurang diperhatikan.



Sekian .....









Sabtu, 23 Juni 2018

PUISI : GURAT-GURAT RINDU


Gurat-gurat rindu mengendap di relung hati, mendekap jiwa terpaku akan kehadiran.

Gurat-gurat rindu menghiasi setiap hembusan nafas ku, menyemai geliat penantian dalam balutan doa.

Gurat-gurat rindu bersemayam erat dalam pikiran, memahat asa suci penawar kesendirian.

Gurat-gurat rindu kadang terasa menyiksa, batin dan air mata saksi bisu nya.

Gurat-gurat rindu kadang menyeruak penuh gelora, menghempaskan dahaga jiwa akan cinta.

Namun gurat-gurat rindu niscaya akan bermuara.

Teratai harapan telah terpatri suci, muara gurat-gurat rindu ialah pelaminan.

Sungguh tak sabar ku menanti muara itu.








Senin, 11 Juni 2018

SATU MOMEN SPESIAL DALAM HIDUP


" Manusia terbaik adalah manusia yang selalu berusaha untuk menjadi sebuah pribadi yang lebih baik dari hari kemarin "


Sore ini langit nampak cerah membiru, bersahaja, tenang seperti biasanya, angin berhembus perlahan menentramkan suasana sore menjelang berbuka puasa.

Sore ini saya termenung di teras depan rumah saya, sehabis berdoa, saya menyempatkan sedikit waktu untuk merenungi perjalanan hidup saya selama ini, sebuah perjalanan yang penuh nuansa dan warna, tidak hanya tentang putih, tetapi juga tentang hitam, tidak hanya tentang kebaikan, tetapi juga tentang keburukan, tidak hanya tentang kebahagiaan tetapi juga tentang kesedihan, tidak hanya tentang keberhasilan tetapi juga tentang kegagalan, sebuah romantika kehidupan yang mau tidak mau harus kita rasakan selama nyawa masih di kandung badan.

Memang begitulah dunia, tidak pernah memberikan kenikmatan maupun penderitaan yang abadi dan hakiki, karena kenikmatan yang abadi dan hakiki adalah surga, sedangkan penderitaan yang abadi dan hakiki adalah neraka.

Dunia akan selalu menyajikan beragam nuansa dan warna kehidupan yang hilir-mudik menghiasi perjalanan hidup kita, nuansa dan warna yang pastinya akan membuat kehidupan ini sarat akan makna, sejatinya makna terbesar dalam hidup adalah seberapa besar kita dapat mengambil hikmah atas segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita baik peristiwa positif maupun negatif sebagai bahan pembelajaran agar kita dapat menjadi sebuah pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi hidup saya di dunia ini, visi utama saya adalah meraih kebahagiaan akhirat dan kebahagiaan dunia, dan untuk mewujudkan visi tersebut tentunya saya memiliki misi-misi yang akan saya jalankan sebagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut, salah satu misi tersebut adalah mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Selain itu ada juga misi yang lain, seperti menjaga kesehatan, memperbanyak ilmu, dan memilih istri yang Soleha, satu poin penting yang perlu di garis bawahi tentang memilih istri yang Soleha, memilih istri yang Soleha bagi saya adalah hal yang sangat mutlak agar lebih memudahkan bagi saya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Istri yang Soleha akan mengerti dan paham akan hak dan kewajiban pada suami, mengerti mana yang halal dan mana yang haram, mengerti mana yang sepatutnya dilakukan dan mana yang sepatutnya tidak dilakukan, dan yang paling penting istri yang Soleha tentunya akan selalu sejalan dengan visi saya untuk bahu membahu dalam meraih kebahagiaan akhirat dan kebahagiaan dunia.

Di satu sisi tantangan dan kompleksitas zaman kedepan akan semakin berat, globalisasi dan modernisasi teknologi berpotensi besar akan berimbas pada rusaknya moral dan ahlak generasi, oleh karenanya sangat penting dibutuhkan seorang partner atau pendamping ( istri ) yang Soleha yang mengerti dan paham akan agama untuk bahu membahu mendidik dan meramut anak-anak agar dapat tumbuh menjadi generasi yang Soleh dan Soleha, memiliki kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual serta memiliki rasa kepedulian sosial atau humanis.

Kembali kepada misi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu, pada ramadhan tahun ini ada satu momen spesial dalam hidup saya, sebuah momen yang berhasil saya raih dengan niat dan kesungguhan hati untuk memperbanyak pahala di bulan ramadhan ini.

Oleh karenanya, menjelang akhir bulan ramadhan ini saya merasakan dua perasaan yang bertolak belakang, di satu sisi saya merasa bahagia karena saya berhasil mewujudkan salah satu cita-cita saya selama ini yang mana cita-cita tersebut sudah saya canangkan akan saya wujudkan pada ramadhan kali ini, namun di sisi lain saya juga merasa sedih karena bulan yang penuh rahmat dan pahala ini akan segara berakhir.

Pada malam ganjil ke 25 dibulan ramadhan tahun ini alhamdulillah saya berhasil mewujudkan salah satu cita-cita tersebut, cita-cita yang saya idam-idamkan sebagai bentuk kesungguhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu, cita-cita tersebut adalah mengkhatamkan kitab suci Al Qur'an.

Alhamdulillah berkat kesungguhan dan niat mukhlis karena Allah akhirnya saya berhasil mengkhatamkan 30 juz atau 114 surat dalam Al Qur'an di malam ganjil ke 25, tepatnya saat saya melaksanakan iktikaf di masjid untuk berburu malam Lailatul Qodar.

Sebagaimana cita-cita pada umumnya, cita-cita mengkhatamkan Al Qur'an pada realitasnya juga selalu diwarnai dengan perjuangan dan cobaan, seperti dihinggapi rasa jenuh, rasa malas, rasa lelah hingga gangguan sakit tenggorokan, namun berkat kesungguhan dan niat yang tulus karena Allah, alhamdulillah segala perjuangan dan cobaan itu dapat saya lewati.

Hal tersebut memberi pembelajaran bahwasanya apapun yang kita cita-citakan pada dasarnya dapat kita wujudkan asalkan kita memiliki tekad, niat dan kesungguhan, kuncinya adalah mengalahkan diri sendiri, mengalahkan diri sendiri dari rasa malas, rasa jenuh, rasa lelah dan rasa-rasa lainnya yang berpotensi dapat menghambat diri kita.

Momen mengkhatamkan Al Qur'an untuk pertama kalinya seumur hidup tahun ini merupakan satu momen spesial dalam hidup saya, karena hal ini merupakan konkretisasi perwujudan dari misi hidup saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu, hal ini dapat terwujud tentunya juga berkaitan erat dengan ketekunan saya dalam melaksanakan satu misi saya lainnya yaitu gemar menambah ilmu.

Alhamdulillah berkat usaha saya gemar mencari ilmu, saya diberikan oleh Allah kepahaman agama yang lebih baik dari ramadhan tahun yang lalu, momen mengkhatamkan Al Qur'an menjadi penanda bahwa derajat keimanan dan kepahaman agama saya alhamdulilah lebih meningkat dari pada ramadhan tahun yang lalu.

Di ramadhan tahun yang lalu saya masih merasa mengkhatamkan Al Qur'an bukan menjadi sesuatu yang penting karena bukan ibadah wajib, oleh karenanya di ramadhan tahun yang lalu saya hanya mentok di juz 2 hehehe.

Namun alhamdulillah di ramadhan tahun ini saya memiliki kepahaman bahwa meskipun mengkhatamkan Al Qur'an bukan ibadah wajib namun karena dilakukan pada bulan ramadhan maka pahalanya akan berlipat-lipat bahkan hingga illamasyaallah, itulah yang penting, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan "Fastabiqul Khoirot" apalagi di bulan ramadhan.

Momen mengkhatamkan Al Qur'an pertama kali ini bagi saya adalah titik pijakan spiritual saya, yang saya harap akan semakin meningkat dari hari ke hari.

Semoga momen khatam membaca kitab suci Al Qur'an untuk pertama kalinya ini akan terus berlanjut di ramadhan-ramadhan tahun berikutnya, lebih dari itu, tidak hanya pada bulan ramadhan dibulan-bulan biasa pun semoga saya senantiasa dekat dengan Al Qur'an dan mampu mengkhatamkannya.

Momen pertama memang akan selalu menjadi hal yang spesial, akan tetapi menjadi hal yang lebih spesial lagi apabila momen tersebut dapat terjadi berulang-ulang.

Mengkhatamkan Al Qur'an memang momen spesial, namun akan terasa lebih spesial apabila saya mampu mengamalkan nilai-nilai dan ajarannya, insyallah.


Selesai....



Sabtu, 09 Juni 2018

RAMADHAN MOMEN PEMBENTUKAN KARAKTER


" Ramadhan adalah momen tepat untuk membentuk karakter diri, melanjutkan yang baik dan menghapus yang buruk "


Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan dan bulan penuh sukacita, marhaban ya ramadhan begitulah ungkapan untuk mengungkapkan betapa bergembiranya umat Islam dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

Bulan ramadhan adalah bulan spesial yang memiliki beberapa keistimewaan baik secara teologis maupun secara sosiologis, secara teologis bulan ramadhan memiliki beberapa keistimewaan seperti segala amalan di bulan Ramadhan ini akan di catat sendiri oleh Allah SWT yang pahalanya bahkan bisa lipat gandakan hingga illamasyaallah (sesuai kehendak Allah), adanya puasa wajib dan shalat sunnah tarawih, adanya zakat fitrah, kemudian adanya sebuah malam di 10 malam terakhir ramadhan yang lebih baik dari pada 1000 bulan yakni malam lailatul qodar dimana orang yang mampu meraihnya akan mendapatkan pahala seperti halnya orang beribadah selama 83 tahun tanpa pernah melakukan dosa, di bulan ramadhan semua pintu surga dibuka selebar-lebarnya, sebaliknya semua pintu neraka akan di tutup dan para setan dan jin akan di kerangkeng.

Kemudian dari sisi sosiologis bulan ramadhan juga memiliki keistimewaan tersendiri yakni tersajinya nuansa dan suasana yang kondusif untuk melakukan ibadah serta perbuatan yang baik, nuansa keakraban dan kerukunan antar masyarakat juga lebih terjalin, serta roda ekonomi yang berputar pesat terutama pada bidang kuliner, bahan makanan dan pakaian yang memberikan berkah rejeki tersendiri bagi sebagian masyarakat.

Indonesia yang notabene negara mayoritas penduduk muslim membuat suasana ramadhan menjadi terasa semakin hidup dan meriah, di bulan ramadhan dapat kita lihat bahwa lantunan ayat suci Al-Quran, orang shalat, dan momen berbagi kepada sesama pasti akan terasa lebih hidup dari pada bulan-bulan biasa bukan ?, singkat kata, bulan ramadhan membuat nuansa spiritualitas dan religiusitas masyarakat terasa lebih menyemai dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Di bulan ramadhan dapat kita jumpai peristiwa orang yang sebelumnya tidak pernah ke mesjid lalu datang berduyun-duyun ke mesjid untuk melakukan shalat tarawih, orang yang sebelumnya tidak pernah membaca Al-Quran menjadi membaca Al-Quran, orang yang sebelumnya tidak pernah bangun dan shalat malam menjadi bangun dan shalat malam karena ada momen yang mendukung untuk melakukannya yakni momen sahur yang mana waktunya bertepatan dengan waktu shalat malam, pembagian takjil sebagai sarana berbagi kepada sesama juga mudah kita jumpai di bulan ramadhan, tempat-tempat maksiat dan hiburan malam relatif juga dibatasi jam bukanya, pada intinya bulan ramadhan memberikan suasana yang kondusif bagi masyarakat baik secara spiritual maupun kultural untuk beribadah secara khusyuk.

Bulan suci ramadhan datang bersama kewajiban bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah puasa, ibadah puasa pada hakikatnya adalah ibadah menahan diri, menahan diri dari hawa nafsu baik secara lahiriah seperti menahan untuk makan, minum, amarah, berhubungan badan dengan suami/istri, dan melakukan perbuatan yang tidak baik, maupun secara batiniah seperti menahan diri dari rasa sombong, iri, dengki, jahat dll.

Puasa mengajarkan kita akan kesetaraan, baik si kaya atau si miskin, baik rakyat biasa hingga pejabat tinggi akan merasakan hal yang sama yakni lapar dan dahaga, hal ini memberikan pembelajaran kepada kita akan makna persamaan kedudukan manusia di mata Allah SWT, di satu sisi puasa juga mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang peka dan mawas diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama maupun agar kita menjauhi dari sifat-sifat batiniah yang tidak baik.

Bisa dikatakan bulan ramadhan dan khususnya ibadah puasa adalah momen yang tepat bagi kita untuk memperbaiki karakter diri agar dapat menjadi sebuah pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Bulan ramadhan dan ibadah puasa adalah momen yang stimulan sebagai titik balik kehidupan untuk lebih dekat denganNYA, oleh karenanya jangan jadikan bulan ramadhan sebagai momen untuk menunda perbuatan yang tidak baik untuk sementara waktu saja, tapi jadikan bulan ramadhan ini sebagai titik pijakan untuk menghapus dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik selamanya, sehingga dengan begitu kita akan dapat menjadi insan manusia yang lebih bertaqwa kepadaNYA.

Karena esensi keberhasilan seorang muslim setelah menjalani bulan ramadhan pada dasarnya adalah terciptanya karakter atau insan pribadi yang lebih bertaqwa kepada Allah SWT.


Selesai .....











Jumat, 01 Juni 2018

PANCASILA RUMAH BAGI KEMAJEMUKAN, WARISAN PENDIRI BANGSA


" Pancasila akan tetap dan selalu menjadi rumah yang nyaman bagi realitas kemajemukan bangsa Indonesia, karena Pancasila adalah entitas murni bangsa Indonesia yang memberi ruang bernafas bagi perbedaan namun meletakkan persatuan sebagai esensi dasar bernegara "


Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila, sebuah tanggal yang secara historis dimaknai dari momen dimana Soekarno mengemukakan usulan dasar negara pada sidang BPUPKI pertama tanggal 1 Juni 1945.

Pancasila yang ditetapkan secara de jure pada tanggal 18 Agustus 1945, pada hakikatnya merupakan sinkretisme dari beragam argumen, pendapat dan buah pikir para perumus dasar negara kita, dimulai pada sidang BPUPKI pertama, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan panitia 9 yang menghasilkan piagam Jakarta, dan akhirnya setelah melalui beragam pergumulan, silang pendapat dan semangat persatuan akhirnya Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Dalam sejarah terbentuknya Pancasila ada sebuah momen krusial yang berpengaruh terhadap perjalanan bangsa ini, sebuah momen dimana semangat persatuan, pengesampingan ego dan rasa toleransi sebagai sebuah bangsa benar-benar tercermin dari para founding fathers kita, momen tersebut adalah ketika founding fathers kita sepakat untuk merubah bunyi sila pertama Pancasila hasil dari piagam Jakarta yang berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" menjadi berbunyi "Ketuhanan yang maha esa" yang kemudian ditetapkan sebagai sila pertama dari Pancasila.

Mengapa hal tersebut saya katakan sebagai momen krusial dalam perjalanan bangsa ini, karena seandainya saat itu bunyi sila pertama Pancasila tetap dipertahankan sebagaimana rumusan piagam Jakarta, tentu celah bagi rongrongan dan perpecahan bangsa tentunya akan semakin terbuka lebar dan menganga, mengingat Indonesia sendiri terdiri atas berbagai agama tidak hanya islam, meskipun Islam adalah agama mayoritas, para rakyat ada yang beragama Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan Khonghucu.

Bisa dibayangkan jika sila pertama Pancasila tetap berbunyi sebagaimana rumusan dalam piagam jakarta, tentunya saudara-saudara sebangsa kita yang beragama non Islam tentunya akan merasa terdiskriminasi atau terkucilkan didalam negaranya sendiri yang kemudian pada akhirnya akan melahirkan rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan pada diri mereka, yang mana apabila rasa tersebut di mobilisasi secara masif tentu berpotensi besar akan menyebabkan chaos hingga disintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Patut kita syukuri bersama bahwa para founding fathers kita telah mewariskan sesuatu warisan yang luar biasa sebagai penuntun perjalanan bangsa ini kedepan, warisan yang digali berdasarkan karakteristik dan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, warisan tersebut adalah ideologi dan dasar negara bernama Pancasila.

Pancasila adalah pedoman, penuntun dan pandangan hidup bangsa dalam menghadapi segala tantangan dan kompleksitas zaman baik sekarang maupun kedepan, nilai dasar Pancasila adalah tetap, namun nilai instrumental dan nilai praksis perlu di revitalisasi sesuai dengan perkembangan dan dinamika zaman untuk kepentingan dan kemajuan bangsa, sebagai pedoman, penuntun dan pandangan hidup bangsa Pancasila juga berperan sebagai perajut dimensi kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia agar senantiasa mampu bersatu dan rukun dalam pintal kebhinekaan.

Pancasila telah terbukti mampu menjadi rumah yang ramah dan nyaman bagi realitas kemajemukan dan heterogenitas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, tak hayal Indonesia yang memiliki kurang lebih 1360 suku, 726 bahasa daerah, berbagai agama, keyakinan, budaya dan penduduknya yang kurang lebih 250 juta ini mampu hidup rukun dan damai dalam bingkai persatuan dan kebhinekaan, meskipun tak dapat dipungkiri juga ada friksi-friksi kecil yang masih mewarnai, namun masih dapat dikatakan dalam level yang wajar.

Hal diatas sesungguhnya menyajikan fakta yang sungguh luar biasa dengan dimensi pluralitas seperti demikian, Indonesia dengan Pancasila sebagai ideologinya tetap mampu menjaga integrasinya dengan kokoh dan kuat sehingga mampu tetap berdiri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Bisa dikatakan Pancasila adalah karunia luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT ( dengan founding fathers kita sebagai perantara ) kepada Indonesia, karunia yang bisa mempersatukan berbagai ikatan primordial yang sangat luas dan beragam sebagai modal kebangsaan yang kokoh untuk merajut cita-cita dan tujuan negara.


MERAWAT PANCASILA

Pancasila adalah warisan yang luar biasa dari pendiri bangsa, yang hendaknya senantiasa di rawat dan dijadikan sebagai living ideologi oleh segenap elemen bangsa agar tetap supreme, sebagaimana kita ketahui, Pancasila adalah barang mati yang hanya bisa hidup dan berperan jika ada yang menggerakkan atau mengimplementasikannya.

Maka dari itu, tidak ada cara lain untuk merawat dan melestarikan Pancasila kecuali hanya dengan mengamalkannya dalam kehidupan kita, yakni menjadikan Pancasila sebagai living ideologi.

Mengamalkan Pancasila sendiri dapat kita pahami dari fungsi Pancasila itu sendiri, yakni sebagai dasar negara dan selain sebagai dasar negara, sebagai dasar negara Pancasila merupakan norma dasar yang kemudian melahirkan produk-produk hukum turunan (peraturan perundang-undangan) yang tersusun secara hierarkis seperti UUD, Tap MPR, UU/Perppu, PP, Perpres, Perda provinsi, hingga Perda Kabupaten/Kota.

Mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dapat kita lakukan dengan jalan mentaati segala produk-produk hukum yang berlaku yang merupakan turunan dari Pancasila, dengan mentaati hukum yang berlaku pada dasarnya kita telah menjadi pribadi yang menghidupkan Pancasila sebagai living ideologi, karena segala produk hukum yang ada dan berlaku di negara ini pada dasarnya merupakan pengejawantahan secara lebih teknis dari nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Pancasila.

Di satu sisi, kalaupun ada produk hukum yang kita anggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila ( seperti bertentangan dengan UUD atau UU ) sebagai negara hukum yang demokratis, kita sebagai warga negara diberikan hak konstitusional untuk mengoreksi produk hukum tersebut melalui upaya judicial review baik ke MK maupun MA.

Sedangkan Pancasila sebagai selain dasar negara adalah berfungsi sebagai sumber etika, moral dan perilaku bangsa, yang berbentuk bukan hukum, seperti norma agama, norma kesusilaan, norma kepatutan dan norma kesopanan.

Dengan demikian, cara efektif dalam mengamalkan Pancasila selain sebagai dasar negara yakni sebagai sumber etika, moral dan perilaku adalah dengan jalan senantiasa mengamalkan dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai acuan perilaku, moral dan etika kehidupan kita.

Nilai-nilai yang terkandung di tiap sila dari kelima sila Pancasila hendaknya mampu kita hayati dan kita praktekkan dalam lingkup pergaulan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Saking pentingnya pengimplementasian Pancasila sebagai sumber etika, moral dan perilaku, Rezim orde baru pernah membentuk Tap MPR Nomor II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, dimana dalam Tap MPR tersebut butir-butir Pancasila sebagai nilai keindonesiaan harus dimasyarakatkan agar mudah dihayati dan diamalkan oleh seluruh masyarakat.

Di era pemerintahan Jokowi pun dibentuk BPIP yakni Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018, yang memiliki tugas untuk menegakkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila bagi seluruh aspek penyelenggaraan negara, komponen bangsa dan warga negara Indonesia, meskipun menurut perspektif beberapa pihak pembentukan badan ini berkaitan erat dengan kepentingan politis penguasa.

Namun, penanaman nilai-nilai Pancasila sayangnya belum mendapatkan porsi yang maksimal di bangku sekolah, mengingat pelajaran tentang Pancasila hanya sekilas diajarkan, itupun hanya merupakan bagian kecil dari mata pelajaran sejarah maupun pendidikan kewarganegaraan, menurut hemat saya alangkah baiknya jikalau kedepan Pancasila dapat dijadikan mata pelajaran tersendiri atau mandiri yang mulai diajarkan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, hal ini penting untuk menanamkan semangat dan nilai-nilai Pancasila secara kontinu, sehingga diharapkan semangat dan nilai-nilai Pancasila itu bisa tertanam erat dalam jiwa dan filosofi berpikir para generasi penerus bangsa.

TANGGUNGJAWAB BERSAMA

Pada akhirnya merawat Pancasila adalah merupakan tanggungjawab kita bersama, tanggungjawab bagi kita semua yang memiliki kartu tanda penduduk Indonesia, karena Pancasila adalah milik kita bersama.

Maka, bersama kita harus terus merawat, melestarikan dan mengimplementasikan Pancasila sebagai living ideologi, dengan cara menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari secara sadar dan nyata, baik dalam bentuk mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun dengan jalan menjadikan Pancasila sebagai sumber acuan etika, moral dan perilaku kita.

Pancasila adalah warisan terbaik dari para pendiri bangsa, oleh karenanya sudah barang tentu menjadi kewajiban kita bersama sebagai pewaris untuk menjaga dan melestarikannya, agar ruh, jiwa dan semangat Pancasila bisa senantiasa hidup secara nyata dalam entitas kehidupan bangsa, untuk menjaga persatuan, kesatuan serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam bingkai dan semangat kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selesai .....