Lantunan lagu berjudul “soldier of fortune“ dari band
beraliran heavy metal asal Inggris Deep Purple menjadi pengiring saya dalam menulis
artikel ini, pagi ini sejujurnya saya berniat untuk menulis sebuah cerita
pendek (cerpen) mengingat sudah cukup lama saya tidak menulis cerpen untuk blog
pribadi saya.
Akan tetapi, entah mengapa tiba-tiba niat itu berubah
seketika saat terlintas di benak saya tentang kondisi persepakbolaan nasional,
beberapa waktu lalu kejadian memilukan kembali menyapa wajah persepakbolaan kita, korban jiwa kembali harus melayang hanya demi sebuah olahraga bernama
“sepakbola”
Seorang bobotoh bernama Ricko Andrean Maulana meninggal di
dunia setelah menjadi korban pengeroyokan salah sasaran yang dilakukan oleh
beberapa oknum bobotoh lainnya pada laga lanjutan liga 1 yang mempertemukan Persib maung Bandung melawan macan Kemayoran Persija Jakarta. Ricko menjadi sasaran amuk para oknum Bobotoh tersebut hanya karena ricko di kira seorang The Jakmania yang notabene adalah musuh besar para Bobotoh. Ricko yang sempat di rawat di rumah sakit Santo Yusup Bandung akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Kamis 27 Juli 2017 sekitar pukul
10.15 wib.
Kematian Ricko pun menambah catatan panjang nan kelam bagi
dunia persepakbolaan kita, untuk yang kesekian kalinya nyawa kembali harus
melayang hanya untuk sebuah olahraga yang justru pada hakikatnya adalah media
untuk menjalin rasa persahabatan, persaudaraan dan membangun nilai-nilai
kemanusiaan.
Sepakbola memang bukan olahraga semata ,dalam sepakbola
terdapat identitas, kebanggaan, loyalitas hingga tradisi yang kemudian
melahirkan sebuah jiwa fanatisme luarbiasa yang dimiliki oleh para pendukung
atau supporter sebuah tim sepakbola.
Jiwa fanatisme yang luarbiasa tersebut pada akhirnya akan
dapat melahirkan 2 hal penting. Pertama, jika dikelola secara positif maka
jiwa fanatisme luarbiasa yang dimiliki oleh para pendukung atau suporter
tersebut akan dapat melahirkan hal-hal yang positif pula baik bagi tim
sepakbola itu sendiri, bagi jalannya sebuah kompetisi maupun bagi masyarakat
pada umumnya.
Namun jika jiwa fanatisme yang luarbiasa tersebut tidak
dapat dikelola secara positif maka sangat berpotensi besar dapat menjadi pemicu
timbulnya berbagai hal-hal negativ seperti permusuhan, tawuran dan kerusuhan
antar supporter yang kemudian dapat menyebabkan korban jiwa saling berjatuhan.
Sepakbola adalah
sebuah rivalitas, rivalitas yang seharusnya di junjung dengan semangat
sportivitas dan jiwa fair play oleh para pelaku sepakbola tidak hanya oleh
pemain yang bermain di lapangan tetapi juga oleh semua komponen yang terlibat
dalam sepakbola termasuk supporter.
Karena pada hakikatnya sepakbola adalah sebuah olahraga
semata yang seharusnya menjadi media untuk menjalin rasa persahabatan,
persaudaraan dan membangun nilai-nilai kemanusiaan, bukan sebaliknya justru
menjadi media untuk saling bermusuhan hanya karena embel-embel sebuah “fanatisme”
terhadap tim kebanggaan.
Menurut saya, mendamaikan beberapa kelompok supporter yang memiliki sejarah "dendam" adalah
hal yang mudah di permukaan akan tetapi menjadi hal yang sulit di dalam kenyataan, mendamaikan para pimpinan kelompok supporter itu tidak sulit namun
mendamaikan para “akar rumput” itulah yang menjadi sulit.
Ketika para pemimpin sebuah kelompok supporter sudah melakukan
kesepakatan perdamaian namun di sisi lain tidak serta merta membuat para
golongan “akar rumput” menghapus rasa permusuhan diantara mereka.
Apalagi dengan berkembangnya teknologi membuat ruang untuk
melakukan provokasi dan permusuhan menjadi lebih mudah, melalui media sosial
seperti Facebook, Twitter maupun Instagram para kelompok supporter yang
bermusuhan bisa bebas saling menghina, menghujat dan memprovokasi hingga
membuat jiwa permusuhan di antara mereka tertanam semakin kuat.
Menurut pandangan saya ada 3 komponen kunci yang memiliki
peran besar untuk dapat mencegah, mengatasi atau setidaknya dapat
meminimalisir hal ini (permusuhan dan gesekan antar supporter) yaitu PSSI
sebagai penyelenggara kompetisi, kepolisian sebagai aparat penegak hukum serta
pemimpin para kelompok supporter, untuk lebih jelasnya akan saya jelaskan di
bawah ini peran masing-masing ketiga komponen tersebut.
Pertama, PSSI. Sebagai penyelenggara kompetisi, PSSI
memiliki otoritas untuk dapat melakukan kebijakan-kebijakan strategis yang
berfungsi sebagai tindakan preventif maupun reperesif untuk menanggulangi
gesekan antar kelompok suporter diantaranya dengan menerapkan berbagai
peraturan yang di sertai dengan sanksi yang berat baik kepada tim maupun kepada
kelompok supporter itu sendiri apabila
suatu kelompok supporter melakukan tindakan-tindakan yang negatif seperti
berbuat kerusuhan, melakukan pelemparan kepada perangkat pertandingan maupun
pemain lawan, melakukan perusakan fasilitas stadion dan tindakan tidak sportif lainnya.
Dengan adanya sanksi yang berat maka para kelompok supporter
saya rasa akan berpikir dua atau bahkan tiga kali untuk melakukan hal-hal yang
negatif, karena sanksi yang berat tersebut akan berakibat merugikan mereka
sendiri maupun tim kebanggan mereka.
Kedua, pihak kepolisian. Sebagai aparat penegak hukum harus
menindak secara tegas dan tuntas setiap perilaku oknum supporter yang tergolong
tindak pidana, seperti melakukan perusakan fasilitas umum, menganiaya warga
atau kelompok supporter lain yang berakibat pada luka hingga hilangnya nyawa
korban.
Selain itu, kepolisian sebagai otoritas yang memiliki
wewenang untuk mengeluarkan ijin pertandingan juga dapat melakukan tindakan
“shock therapy” berupa tidak mengeluarkan ijin pertandingan kepada sebuah tim
yang memiliki kelompok supporter yang sering berbuat onar dan kerusuhan,
dengan begitu secara tidak langsung para kelompok supporter tersebut akan di
tuntut dan di dorong untuk dapat memperbaiki dirinya.
Ketiga, pemimpin kelompok supporter. Pemimpin kelompok
supporter baik dari tingkat pusat hingga korwil-korwil memiliki peran besar
untuk senantiasa menanamkan semangat perdamaian, persaudaraan dan persahabatan
antar kelompok suporter kepada para anggotanya.
Para pemimpin kelompok supporter tersebut harus mampu
menjadi peredam suasana, pengatur yang bijaksana serta tidak melakukan
tindakan atau aktifitas yang berpotensi dapat menyebabkan ketegangan atau
gesekan antar kelompok supporter, selain itu para pemimpin kelompok supporter
hendaknya selalu menjalin komunikasi yang aktif dan positif dengan para
pemimpin kelompok supporter lainnya.
Ketiga komponen tersebut yaitu PSSI, kepolisian dan
pemimpin kelompok supporter harus bersinergi satu sama lain sesuai dengan tugas
dan perannya masing-masing, dengan adanya peran yang maksimal dari ketiga
komponen tersebut saya rasa gesekan dan permusuhan antar kelompok supporter di
Indonesia akan dapat di reduksi secara maksimal walaupun butuh waktu yang tidak
sedikit.
Dan seperti yang pernah saya utarakan, bahwa kemajuan sepakbola di suatu negara
adalah tanggungjawab bersama dari beberapa komponen sepakbola, salah satunya
adalah supporter, tanggungjawab atau peran supporter dalam mendukung kemajuan
sepakbola salah satunya adalah dengan cara menjaga kondusifitas jalannya suatu
pertandingan.
Jika setiap pertandingan di dalam sebuah kompetisi dapat
berjalan kondusif maka sebuah kompetisi tersebut pada akhirnya akan dapat
memberikan dampak yang positif bagi perkembangan dan kemajuan sepakbola di
sebuah negara.
Maka dari itu, sudah seharusnya seluruh kelompok supporter di
Indonesia ikut berkontribusi dan berperan aktif dalam mendorong kemajuan
sepakbola nasional, menjaga persaudaraan dan persahabatan serta menghilangkan
rasa permusuhan antar kelompok supporter adalah salah satu caranya, jika hal
itu dapat terlaksana maka iklim kompetisi sepakbola nasional akan dapat
berjalan kondusif yang tentunya secara tidak langsung akan berimbas kepada
kemajuan prestasi persepakbolaan Indonesia.
Bukankah dibalik fanatisme luarbiasa kita kepada tim
kebanggaan kita ada asa dan harapan untuk melihat persepakbolaan nasional kita
maju ? bukankah dibalik fanatisme
luarbiasa kita kepada tim kebanggaan kita ada asa dan harapan untuk melihat tim
nasional kita berprestasi ? saya yakin
asa dan harapan itu masih ada di benak setiap kelompok supporter di Indonesia.
Marilah kita kelola jiwa fanatisme kita yang luarbiasa untuk
hal-hal yang positif sehingga dapat berkontribusi positif baik kepada tim
kebanggaan kita maupun kepada persepakbolaan nasional pada umumnya, kita boleh
berbeda warna, berbeda daerah dan berbeda klub kebanggaan akan tetapi tujuan
kita haruslah sama yaitu mendukung kemajuan persepakbolaan nasional yang akan
bermuara pada prestasi tim nasional kita di kancah internasional.
Sepakbola (olahraga) pada hakikatnya adalah sarana untuk menjalin persahabatan, persaudaraan dan membangun nilai-nilai kemanusiaan, maka dari
itu sudah saatnya esensi dasar sepakbola tersebut di implementasikan oleh para
kelompok supporter di Indonesia. Hilangkan rasa benci dan permusuhan. Mari
bersatu, berkontribusi, dan berperan dalam mendukung kemajuan persepakbolaan kita, sudah saatnya para kelompok supporter di indonesia saling bersahabat !!!
Semoga kematian Ricko Andrean Maulana adalah yang terakhir dan semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa ini, selamat jalan kawan beristirahatlah yang tenang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar