Minggu, 18 November 2018

URGENSI MINAT MEMBACA GENERASI MILENIALS BAGI MASA DEPAN BANGSA




Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, membaca adalah suatu proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak dari bacaan itu. Secara sederhana membaca merupakan sarana untuk menggali informasi, mendapatkan informasi, dan mengolah informasi untuk mendapatkan tingkat pemahaman tertentu akan suatu obyek bacaan.

Dalam konteks sosial membaca merupakan sebuah upaya penting untuk meningkatkan penghetahuan, wawasan, kepekaan dan sensitifitas sosial terhadap kompleksitas serta dinamika kehidupan dan lingkungan sosial kita, dengan membaca kita akan memiliki bekal ilmu, wawasan, penghetahuan dan cara pandang yang lebih luas sehingga memungkinkan kita untuk memiliki pola pemikian yang terstruktur (cerdas) serta memungkinkan kita untuk bertindak secara lebih arif dan bijaksana.

Oleh karena itu, tingkat minat membaca adalah variabel yang sangat penting dalam menentukan bagaimana tingkat kecerdasan, kearifan berpikir, dan kepekaan sosial seseorang, orang yang gemar membaca tentu berkecenderungan memiliki tingkat kecerdasan, kearifan, dan kepekaan sosial yang lebih baik dari pada orang yang tidak gemar membaca. 

Orang yang gemar membaca melegitimasi setiap ucapan dan tindakannya berdasarkan penghetahuan yang dia miliki, sedangkan orang yang tidak gemar membaca alias miskin wawasan relatif hanya menggunakan emosi dan asumsi dalam menyikapi sesuatu hal.

Dapat di simplifikasikan bahwa, minat membaca adalah variabel yang sangat menentukan bagaimana kualitas seseorang maupun kualitas sebuah bangsa secara umum, seseorang atau sebuah bangsa yang memiliki minat membaca tinggi akan memiliki nilai yang lebih dibanding seseorang atau sebuah bangsa yang memiliki minat membaca rendah.

Terlebih dihadapkan pada era post-truth seperti sekarang ini, tanpa memiliki minat membaca yang baik seseorang atau sebuah bangsa dipastikan akan kalah bersaing dengan orang atau bangsa lainnya. Oleh karena itu, menjadi penting untuk menanamkan dan mendorong para generasi penerus bangsa atau dewasa ini sering disebut sebagai generasi milenials agar memiliki minat membaca yang baik sebagai modal untuk memenangkan persaingan global.

Generasi milenials atau generasi yang lahir mulai tahun 1980 dihadapkan dengan tantangan berupa perkembangan teknologi yang semakin pesat dan masif, yang apabila tidak disikapi secara bijak tentunya akan dapat membawa dampak negatif seperti tergerusnya sisi kepekaan sosial dan yang lebih parah dapat menyebabkan terjadinya dekadensi moral dikalangan para milenials. 

Generasi milenials dituntut mampu memanfaatkan perkembangan teknologi secara positif dengan meningkatkan kualitas diri melalui meningkatkan minat membaca, dengan kemajuan teknologi sekarang ini sejatinya kita dipermudah, karena dapat membaca apapun dan dimanapun secara cepat dan mudah. 

Mengingat dipundak para generasi milenials inilah masa depan bangsa dipertaruhkan, tentu menjadi hal yang sangat penting bagi generasi milenials untuk memiliki kesadaran akan pentingnya memiliki minat dan frekuensi membaca yang tinggi sebagai bekal untuk menghadapi era revolusi 4.0.

Lalu bagaimana kondisi minat membaca masyarakat Indonesia secara umum ?

Menurut data dari Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca rata-rata orang Indonesia rata-rata hanya 3-4 kali seminggu dengan durasi waktu sekitar 30-59 menit per hari. Selanjutnya data statistik dari UNESCO pada tahun 2012 menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru sekitar 0,001 artinya dari 1000 penduduk hanya ada satu yang memiliki minat membaca.

Kemudian menurut survey “Most Literred Nation In The Worl” oleh Central Connenticut State University pada maret 2016 menempatkan minat membaca masyarakat Indonesia pada peringkat ke 60 dari 61 negara (Kompas, 29/8/2017). Masyarakat Indonesia hanya memiliki minat baca 0,01 % buku pertahun sangat jauh jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang yang memiliki minat baca antara 15-20 % buku pertahun dan Amerika yang memiliki minat baca antara 20-25 % buku pertahun.

Data diatas telah menunjukkan bahwa minat membaca masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah, data diatas juga menunjukkan hubungan korelasi bahwa tingkat minat membaca sebuah negara akan sangat menentukan bagaimana kualitas dan posisi mereka dalam percaturan global, apakah sebagai sebuah negara maju atau negara berkembang, data diatas juga menunjukkan sebuah analogis empirik bahwa tidak ada negara maju yang tidak memiliki tingkat dan minat membaca yang baik, oleh karenanya untuk membangun negara Indonesia menjadi sebuah negara yang maju, maka wajib hukumnya untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya melalui peningkatan minat membaca atau budaya literasi.

Oleh karenanya, para generasi milenials sebagai generasi penerus bangsa harus dituntut, didorong dan difasilitasi untuk meningkatkan minat membaca sehingga mereka dapat menjadi generasi unggul yang dapat diandalkan untuk meningkatkan taraf Indonesia dalam percaturan global kedepan.

Ada dua faktor yang sejatinya dapat diupayakan untuk mendorong dan meningkatkan minat membaca para generasi milenials. Pertama faktor internal, yakni dalam diri dan lingkungan keluarga generasi milenials itu sendiri, para generasi milenials harus didoktrin untuk memiliki kesadaran akan pentingnya membaca sedini mungkin, karena merekalah generasi penerus bangsa, jika generasi penerus bangsa lemah dalam membaca atau minim wawasan tentunya generasi ini tidak akan memiliki kepekaan sosial dan kecerdasan mumpuni, sehingga tidak dapat berperan sebagai agen perubahan bagi negara dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan

Rasa kesadaran tersebut hendaknya sudah dipupuk sedini mungkin dalam keluarga, orang tua harus mampu mendorong, memberi contoh dan membudayakan sejak dini kepada para anak-anaknya untuk memiliki budaya membaca, karena jika budaya membaca sudah menjadi sebuah kebiasaan sejak dini, maka kebiasaan itu cenderung akan mereka bawa hingga dewasa.

Selanjutnya faktor yang kedua, faktor ekternal, hal ini berkaitan dengan faktor lingkungan, ekonomi maupun budaya, dalam hal ini para pihak-pihak disekitar kaum milenials hendaknya mampu menciptakan ekologi atau lingkungan yang kondusif untuk memacu minat membaca, seperti pemerintah dapat menurunkan pajak buku, rajin menggelar bazar buku murah atau meningkatkan kualitas dan kuantitas perpustakaan baik di kota maupun di desa, selanjutnya pegiat literasi hendaknya memilki agenda kontinu untuk mendorong minat membaca para generasi milenials seperti mengadakan pameran, diskusi, sosialisasi dll, kemudian sekolah atau kampus juga harus membudayakan budaya literasi secara masif kepada para siswa dan mahasiswa untuk meningkatkan minat membaca dengan kebijakan dan program-program tertentu.

Karena pada akhirnya kita semua membutuhkan generasi milenials yang tak hanya cerdas tetapi juga memiliki rasa kepekaan sosial dalam mendorong kemajuan bangsa di era globalisasi dan disruptif ini, dan hal itu hanya dapat terwujud jika kita memiliki generasi milenials yang memiliki minat dan tingkat frekuensi membaca yang tinggi.

Oleh karena itu, mendorong dan memfasilitasi para generasi milenials agar memiliki minat membaca yang tinggi adalah tanggungjawab kita bersama. Karena jika generasi milenials yang merupakan generasi penerus bangsa ini tidak memiliki minat membaca yang tinggi, maka dapat dipastikan bangsa ini tidak akan memiliki masa depan yang cerah dimasa depan.


Selesai .... 



               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar