Esensi
dari keindahan adalah bersatunya segala perbedaan * Felix Mendelssohn *
Satu konsekuensi hidup yang pasti dihadapi oleh
seorang manusia dan tak akan pernah bisa dihindarinya adalah realitas bahwa
hidup ini tersususun atas sekat-sekat perbedaan dalam segala entitasnya.
Perbedaan adalah khitah kehidupan, ciptaan Tuhan, sekaligus konsekuensi hidup
yang mesti dijalani oleh seorang manusia di dunia ini.
Perbedaan adalah sebuah conditio sine quanon dalam kehidupan, manusia tidak akan bisa hidup
tanpa adanya perbedaan, ambil contoh sederhana, apakah kehidupan ini bisa terus
berlangsung andaikata semua manusia hanya berjenis kelamin laki-laki tanpa ada
manusia yang berjenis kelamin perempuan ? jawabannya tentu saja tidak.
Apakah kehidupan ini akan bisa seimbang seandainya
semua manusia memiliki pekerjaan yang sama, misalnya petani semua, pengusaha
semua, atau pegawai semua ? jawabannya tentu saja tidak. Pada titik ini kita
bersama harus mahfum bahwa perbedaan pada hakikatnya ada dan berfungsi guna menciptakan
keberlangsungan dan keseimbangan hidup manusia.
Dalam Al-Qur’an sendiri dijelaskan bahwa perbedaaan
adalah sebuah keniscayaan sebagai ketetapan Allah SWT, hal ini tercantum dalam
Surat Al-Maidah ayat 48 : “Untuk
tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji
kamu mengenai pemberian-NYA kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan.”
Ayat diatas menegaskan bahwa perbedaan sejatinya adalah
karunia sekaligus kehendak Tuhan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan hidup
yang seharusnya dirawat dan didayagunakan untuk menyemai tamansari kebajikan
guna tercipta harmoni bagi kehidupan bersama, bukan malah sebaliknya, justru digunakan
untuk menanam rasa kebencian dan permusuhan, yang pada akhirnya hanya menghabiskan energi kolektif serta
merusak solidaritas kemanusiaan.
Oleh karenanya, kecerdasan sosial minimum yang harus
dimiliki oleh seorang manusia dalam menjalani kehidupan adalah dengan tidak
membenci perbedaan dalam segala entitasnya. Perbedaan adalah khitah kehidupan,
ciptaan Tuhan sekaligus konsekuensi hidup yang mestinya disadari secara penuh oleh
seorang manusia, ketika seorang manusia membenci manusia lain karena alasan
perbedaan, sejujurnya manusia tersebut sedang melawan kodrat kehidupan.
Perbedaan
Pilihan Politik Sebuah Keniscayaan
Masyarakat Indonesia sejatinya adalah masyarakat
yang telah akrab dan mendarah daging dengan realitas perbedaan, mengingat
kontur masyarakat Indonesia bersifat heterogen dengan berbagai entitas
perbedaan baik suku, agama, ras, budaya dan lain-lain. Oleh karena itu,
semboyan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pasal 36 A UUD NRI Tahun
1945 adalah bhinneka tunggal ika yang
berarti meskipun berbeda-beda tetap satu jua, bangsa Indonesia.
Meski secara historis-sosiologis masyarakat
Indonesia telah akrab dan mendarah daging dengan berbagai entitas perbedaan,
namun semua itu terasa sirna ketika berbicara mengenai perbedaan pilihan
politik khususnya pada pilpres 2019 ini.
Pilpres 2019 mampu mempolarisasi dan mendistingsi
masyarakat kedalam dua kelompok secara tegas yakni kubu pendukung Jokowi dan
kubu Pendukung Prabowo. Dalam dinamikanya, kedua kelompok ini pun sering
terlibat friksi, baik dalam ruang sosial maupun dunia maya seperti saling hina, saling
fitnah, perkelahian fisik, bahkan hingga terjadi pembunuhan. Sungguh miris.
Fanatisme politik sempit menyebabkan masyarakat
tidak mampu menempatkan kontestasi pilpres pada tempat yang semestinya, pilpres
yang pada khitahnya adalah sarana bagi masyarakat guna membawa kemaslahatan
bersama, justru dimaknai oleh masyarakat sebagai ajang perkubuan dan persaingan
kekuasaan secara membabi buta. Paradigma seperti inilah yang menyebabkan
seseorang melihat pihak lain yang berbeda pilihan politik sebagai musuh.
Dalam kehidupan demokrasi, dimana kemerdekaan
pikiran dan hati nurani dilindungi dan dijamin secara konstitusional, maka menjadi
sebuah hal yang lumrah jika terdapat perbedaan pandangan, pendapat, dan juga
pilihan politik. Setiap manusia memiliki konstelasi diri yang berbeda dengan manusia
lainnya, baik dari segi latar belakang keluarga, agama, pekerjaan, tingkat
pendidikan, lingkungan sosial dll, dimana hal tersebut akan berpengaruh dalam
menentukan sikap dan pandangan politik seseorang tersebut. Jadi, perbedaan
pilihan politik pada dasarnya adalah sebuah keniscayaan, yang seharusnya disikapi secara
biasa sebagai sebuah konsekuensi hidup dalam ruang demokrasi.
Menurut hemat saya, ada 3 paradigma pemikiran yang
harus dimiliki oleh masyarakat agar tidak terjerumus dalam fanatisme politik
sempit yang dapat berimplikasi pada disharmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pertama,
masyarakat harus menyadari bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan hidup yang
tidak mungkin bisa dihindari, perbedaan adalah konsekuensi kehidupan yang
seharusnya dirawat guna menyemai nilai-nilai kebajikan dan harmonisasi hidup. Kedua, masyarakat harus menyadari bahwa
pilpres adalah sarana guna mewujudkan kemaslahatan bersama bukan kemaslahatan
golongan tertentu saja, sehingga perbedaan pilihan politik hendaknya disikapi
secara normal dan wajar tanpa menggerus persatuan, persaudaraan, dan rasa kemanusiaan. Ketiga, masyarakat harus mampu
menempatkan Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai panduan sikap dan moral dalam kehidupan demokrasi,
dengan demikian, perbedaan pilihan politik tentu akan mawujud dalam adu gagasan dan narasi konstruktif yang berimplikasi pada menguatnya ikatan kohesi
sosial masyarakat.
Elite politik, akademisi, tokoh agama, tokoh adat,
dan pihak-pihak lain yang memiliki daya influencer
hendaknya mampu memberikan suri tauladan kepada masyarakat bagaimana menyikapi
perbedaan pilihan politik dalam kontestasi pilpres secara bijak dan
konstruktif. Narasi-narasi positif harus senantiasa dikumandangkan ditengah persaingan kontestasi pilpres yang ada.
Pada akhirnya, mari kita jadikan perbedaan pilihan politik pada
pilpres 2019 ini sebagai sebuah control balance
dan ruang wacana untuk menyemai gagasan-gagasan substansial demi kemajuan bangsa dan
negara, debat boleh saja, namun persatuan, kesatuan, persaudaraan, serta rasa
kemanusiaan harus kita letakkan diatas segalanya.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar