Jumat, 01 Maret 2019

PERBEDAAN ADALAH KHITAH KEHIDUPAN TERMASUK PERBEDAAN PILIHAN POLITIK



Esensi dari keindahan adalah bersatunya segala perbedaan * Felix Mendelssohn *


Satu konsekuensi hidup yang pasti dihadapi oleh seorang manusia dan tak akan pernah bisa dihindarinya adalah realitas bahwa hidup ini tersususun atas sekat-sekat perbedaan dalam segala entitasnya. Perbedaan adalah khitah kehidupan, ciptaan Tuhan, sekaligus konsekuensi hidup yang mesti dijalani oleh seorang manusia di dunia ini.

Perbedaan adalah sebuah conditio sine quanon dalam kehidupan, manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya perbedaan, ambil contoh sederhana, apakah kehidupan ini bisa terus berlangsung andaikata semua manusia hanya berjenis kelamin laki-laki tanpa ada manusia yang berjenis kelamin perempuan ? jawabannya tentu saja tidak.

Apakah kehidupan ini akan bisa seimbang seandainya semua manusia memiliki pekerjaan yang sama, misalnya petani semua, pengusaha semua, atau pegawai semua ? jawabannya tentu saja tidak. Pada titik ini kita bersama harus mahfum bahwa perbedaan pada hakikatnya ada dan berfungsi guna menciptakan keberlangsungan dan keseimbangan hidup manusia.

Dalam Al-Qur’an sendiri dijelaskan bahwa perbedaaan adalah sebuah keniscayaan sebagai ketetapan Allah SWT, hal ini tercantum dalam Surat Al-Maidah ayat 48 : “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu mengenai pemberian-NYA kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”

Ayat diatas menegaskan bahwa perbedaan sejatinya adalah karunia sekaligus kehendak Tuhan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan hidup yang seharusnya dirawat dan didayagunakan untuk menyemai tamansari kebajikan guna tercipta harmoni bagi kehidupan bersama, bukan malah sebaliknya, justru digunakan untuk menanam rasa kebencian dan permusuhan, yang pada akhirnya hanya menghabiskan energi kolektif serta merusak solidaritas kemanusiaan.

Oleh karenanya, kecerdasan sosial minimum yang harus dimiliki oleh seorang manusia dalam menjalani kehidupan adalah dengan tidak membenci perbedaan dalam segala entitasnya. Perbedaan adalah khitah kehidupan, ciptaan Tuhan sekaligus konsekuensi hidup yang mestinya disadari secara penuh oleh seorang manusia, ketika seorang manusia membenci manusia lain karena alasan perbedaan, sejujurnya manusia tersebut sedang melawan kodrat kehidupan.

Perbedaan Pilihan Politik Sebuah Keniscayaan

Masyarakat Indonesia sejatinya adalah masyarakat yang telah akrab dan mendarah daging dengan realitas perbedaan, mengingat kontur masyarakat Indonesia bersifat heterogen dengan berbagai entitas perbedaan baik suku, agama, ras, budaya dan lain-lain. Oleh karena itu, semboyan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pasal 36 A UUD NRI Tahun 1945 adalah bhinneka tunggal ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetap satu jua, bangsa Indonesia.

Meski secara historis-sosiologis masyarakat Indonesia telah akrab dan mendarah daging dengan berbagai entitas perbedaan, namun semua itu terasa sirna ketika berbicara mengenai perbedaan pilihan politik khususnya pada pilpres 2019 ini. 

Pilpres 2019 mampu mempolarisasi dan mendistingsi masyarakat kedalam dua kelompok secara tegas yakni kubu pendukung Jokowi dan kubu Pendukung Prabowo. Dalam dinamikanya, kedua kelompok ini pun sering terlibat friksi, baik dalam ruang sosial maupun dunia maya seperti saling hina, saling fitnah, perkelahian fisik, bahkan hingga terjadi pembunuhan. Sungguh miris.

Fanatisme politik sempit menyebabkan masyarakat tidak mampu menempatkan kontestasi pilpres pada tempat yang semestinya, pilpres yang pada khitahnya adalah sarana bagi masyarakat guna membawa kemaslahatan bersama, justru dimaknai oleh masyarakat sebagai ajang perkubuan dan persaingan kekuasaan secara membabi buta. Paradigma seperti inilah yang menyebabkan seseorang melihat pihak lain yang berbeda pilihan politik sebagai musuh.

Dalam kehidupan demokrasi, dimana kemerdekaan pikiran dan hati nurani dilindungi dan dijamin secara konstitusional, maka menjadi sebuah hal yang lumrah jika terdapat perbedaan pandangan, pendapat, dan juga pilihan politik. Setiap manusia memiliki konstelasi diri yang berbeda dengan manusia lainnya, baik dari segi latar belakang keluarga, agama, pekerjaan, tingkat pendidikan, lingkungan sosial dll, dimana hal tersebut akan berpengaruh dalam menentukan sikap dan pandangan politik seseorang tersebut. Jadi, perbedaan pilihan politik pada dasarnya adalah sebuah keniscayaan, yang seharusnya disikapi secara biasa sebagai sebuah konsekuensi hidup dalam ruang demokrasi. 

Menurut hemat saya, ada 3 paradigma pemikiran yang harus dimiliki oleh masyarakat agar tidak terjerumus dalam fanatisme politik sempit yang dapat berimplikasi pada disharmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pertama, masyarakat harus menyadari bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan hidup yang tidak mungkin bisa dihindari, perbedaan adalah konsekuensi kehidupan yang seharusnya dirawat guna menyemai nilai-nilai kebajikan dan harmonisasi hidup. Kedua, masyarakat harus menyadari bahwa pilpres adalah sarana guna mewujudkan kemaslahatan bersama bukan kemaslahatan golongan tertentu saja, sehingga perbedaan pilihan politik hendaknya disikapi secara normal dan wajar tanpa menggerus persatuan, persaudaraan, dan rasa kemanusiaan. Ketiga, masyarakat harus mampu menempatkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan sikap dan moral dalam kehidupan demokrasi, dengan demikian, perbedaan pilihan politik tentu akan mawujud dalam adu gagasan dan narasi konstruktif yang berimplikasi pada menguatnya ikatan kohesi sosial masyarakat.

Elite politik, akademisi, tokoh agama, tokoh adat, dan pihak-pihak lain yang memiliki daya influencer hendaknya mampu memberikan suri tauladan kepada masyarakat bagaimana menyikapi perbedaan pilihan politik dalam kontestasi pilpres secara bijak dan konstruktif. Narasi-narasi positif harus senantiasa dikumandangkan ditengah persaingan kontestasi pilpres yang ada.

Pada akhirnya, mari kita jadikan perbedaan pilihan politik pada pilpres 2019 ini sebagai sebuah control balance dan ruang wacana untuk menyemai gagasan-gagasan substansial demi kemajuan bangsa dan negara, debat boleh saja, namun persatuan, kesatuan, persaudaraan, serta rasa kemanusiaan harus kita letakkan diatas segalanya.


Selesai



Tidak ada komentar:

Posting Komentar