Jumat, 23 Agustus 2019

SUPORTER ADALAH NYAWA SEBUAH KLUB


Klub sepak bola adalah sebuah sistem yang eksistensinya digerakkan oleh kinerja beberapa sub-sistem, salah satunya suporter.

Suporter sendiri memiliki 3 peran penting bagi eksistensi sebuah klub sepak bola. Pertama, peran moril. Secara harfiah-normatif, suporter memiliki peran utama untuk mendukung klub kesayangannya berlaga baik di laga kandang maupun tandang. Di sinilah peran moril suporter bagi klub kesayangannya ditunaikan.

Kedua, peran materil. Peran materil dapat mengejawantah secara langsung melalui pembelian tiket pertandingan/marchendise untuk mendongkrak neraca keuangan klub. Bisa juga terejawantah secara tidak langsung dimana peran suporter akan berimbas dan menentukan daya tawar atau nilai jual klub di mata investor/sponsor.

Di era industrialisasi sepak bola dimana setiap klub profesional wajib berbentuk PT (Perseroan Terbatas), maka melahirkan tanggungjawab logis bagi klub untuk mencari sumber keuangan klubnya secara mandi lepas dari APBD.

Dahulu (ketika masih memakai APBD) prestasi sebuah klub akan sangat ditentukan oleh "kepedulian" kepala daerah dan DPRD melalui gelontoran dana APBD. Maka tak heran, dibalik kesuksesan klub-klub di Indonesia sebelum adanya pelarangan APBD pasti ada peran menonjol kepala daerah atau anggota dewan (DPRD) dibelakangnya.

Namun pada era industrialisasi sepak bola (tanpa APBD) maka, prestasi sebuah klub akan sangat ditentukan oleh seberapa profesional sebuah klub dalam membranding dirinya agar memiliki nilai jual ekonomis yang tinggi. Terkait nilai jual ekonomis inilah suporter memiliki peran potensial dalam mendongkrak daya tawar klub di mata investor/sponsor.

Dengan kata lain, klub yang memiliki basis suporter fanatis, masif, dan militan tentunya akan lebih memiliki nilai jual ekonomis tinggi di mata investor/sponsor. Dan hal ini tentunya akan memiliki implikasi strategis baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi maupun eksistensi sebuah klub.

Ketiga, peran konstruktif, yang terbagi dalan dua dimensi. Pertama, dimensi internal, yakni peran konstruktif suporter terkait sikap kritis dalam mengawal kebijakan klub agar kebijakan klub senantiasa berafiliasi dan bermuara pada terwujudnya iklim sepak bola yang profesional dan berprestasi. Kedua, dimensi eksternal, yakni sikap kritis yang dilakukan suporter untuk menjaga eksistensi klub kesayangannya maupun entitas persepakbolaan pada umumnya yang ditujukan terhadap pihak-pihak diluar organisasi klub misalnya kepada PSSI sebagai pemangku kebijakan sepak bola di Indonesia. Contoh praksisnya, adanya gerakan masif (unjuk rasa, aksi, protes dll) dari organisasi suporter untuk mendorong PSSI agar lebih profesional dalam menyelenggarakan liga.

Suporter Nyawa Sebuah Klub

Berdasarkan tiga konstuksi peran yang dimiliki oleh suporter diatas, maka saya memiliki keyakinan bahwa suporter sejatinya adalah nyawa bagi sebuah klub.

Saya adalah orang yang meyakini dan percaya bahwa kekuatan sebuah klub sepak bola itu ada pada suporternya. Dengan kata lain, suporter adalah nyawa bagi eksistensi sebuah klub.

Hal ini bermakna bahwa klub yang memiliki suporter fanatik dan masif akan memiliki bergaining position kuat di mata investor dan sponsor (terkait sumber pendanaan), hingga pemangku kebijakan dalam hal ini PSSI (terkait kebijakan) untuk mendukung eksistensi diri.

Ambil contoh sederhana, seandainya Persebaya tidak memiliki bonek, apakah Persebaya masih bisa eksis hingga saat ini ?. Di tahun-tahun "mati surinya" Persebaya, Boneklah yang begitu gigih dan militan melakukan perlawanan (menuntut keadilan) pengembalian status Persebaya. Jika tidak ada Bonek, maka dapat dipastikan akan terasa lebih mudah bagi tangan-tangan jahat di sekup pemangku kebijakan untuk "melenyapkan" Persebaya mengingat tidak adanya resistensi secara masif dan militan. Peran yang dilakukan oleh Bonek tersebut merupakan wujud dari pengejawantahan peran konstruktif suporter dengan dimensi eksternal.

Contoh berikutnya, klub-klub yang tidak memiliki basis suporter kuat pada akhirnya banyak yang gulung tikar, merger, atau bergonta-ganti nama dan home base hanya demi "memiliki" suporter. Hal ini dapat terjadi lantaran klub yang miskin suporter akan memiliki nilai jual dan daya tawar rendah di mata investor/sponsor, dimana hal ini tentunya akan memiliki ekses negatif bagi sumber pendanaan klub untuk bisa terus eksis di kerasnya belantika persepakbolaan nasional.

Dua contoh diatas setidaknya dapat menjadi dasar pembenar bahwa kekuatan klub sepak bola itu ada pada suporternya. Suporter adalah nyawa bagi eksistensi sebuah klub melalui tiga peran pentingnya yakni peran moril, peran materil, dan peran konstruktif.

Pemain, pelatih, manajemen bisa datang dan pergi silih berganti. Namun selama masih ada suporter yang fanatis, masif dan militan. Eksistensi sebuah klub sepak bola niscaya akan terus bisa survive.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar