Kamis, 19 Maret 2020

CORONA DAN MENTALITAS ORANG INDONESIA



Virus covid-19 atau yang lebih familiar disebut virus corona kini telah berstatus pandemi. Pandemi adalah penyakit yang menyerang orang dalam jumlah yang banyak dan terjadi di banyak tempat. Hingga saya menulis artikel ini telah ada 152 negara yang mengonfirmasi terinfeksi covid-19 tak terkecuali Indonesia.

Di Indonesia sendiri, hingga tanggal 19 Maret 2020 ada 309 pasien yang positif terinfeksi corona, 25 pasien meninggal, dan 15 pasien sembuh. Persebaran virus corona yang begitu cepat dan masif tentunya harus segera ditanggulangi oleh pemerintah sebagai pemegang otoritas kebijakan publik sekaligus pemegang amanat pembukaan UUD khususnya dalam konteks ini kewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Ada beberapa sarana untuk menanggulangi persebaran virus corona.

Pertama, lockdown atau pembatasan gerak dan aktivitas warga secara ketat. Menurut hemat saya sarana lockdown akan compatible jika diterapkan di negara yang sistem ekonominya mapan dan kuat yakni di negara-negara maju. Jika lockdown diterapkan di negara berkembang sebagaimana Indonesia tentunya dapat berimbas negatif terhadap stabilitas perekonomian. Pendekatan lockdown sendiri mengharuskan negara untuk memenuhi segala kebutuhan dasar warganya yang mana tentu akan memakan biaya sangat besar. Pendekatan lockdown sejauh ini diterapkan oleh Italia dan China.

Kedua, pendekatan drive thru dengan membuka layanan pemeriksaan dan pengecekan corona di banyak tempat terutama di daerah-daerah yang potensial terjangkit virus corona. Pendekatan drive thru ini juga akan memakan biaya tinggi (high cost). Negara yang melakukan pendekatan drive thru dalam menanggulangi corona adalah Korea Selatan.

Ketiga, pendekatan social distancing. Pendekatan ini menitikberatkan pada pembatasan interaksi sosial antar warga demi mencegah penularan dan penyebaran virus corona. Pendekatan social distancing ini akan berhasil manakala para warga memiliki awareness yang tinggi dalam menjaga dan membatasi diri dari interaksi dengan dunia luar. Sejauh ini pendekatan social distancing lah yang dipilih oleh pemerintah untuk menanggulangi persebaran virus corona. 

Konsekuensi logisnya, pendekatan ini memerlukan sebuah kesadaran baik secara pribadi maupun kolektif dari warga masyarakat untuk menjaga diri sendiri agar tidak tertular maupun menulari orang lain dengan jalan membatasi interaksi sosial. Di sisi lain, pemerintah juga telah menyiapkan beberapa rumah sakit terpadu di seluruh penjuru Indonesia guna siap siaga menampung pasien baik suspect maupun positif terinfeksi corona agar bisa mendapatkan penanganan medis yang memadai.

Mentalitas Orang Indonesia

Dipilihnya pendekatan sosial distancing pemerintah dalam upaya menanggulangi persebaran virus corona membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang stimulatif untuk mendukung berhasilnya pendekatan social distancing seperti kebijakan “meliburkan” siswa untuk belajar dari rumah dan kebijakan (himbauan) bagi ASN untuk bekerja dari rumah. Pemerintah juga telah menghimbau kepada masyarakat luas agar menghindari acara-acara yang bersifat kerumunan. Kebijakan tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk mengurangi interaksi sosial dan kerumunan agar persebaran virus corona tidak semakin meluas.

Pendekatan social distancing ini akan berhasil manakala para warga memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjaga dan membatasi diri dari interaksi dengan dunia luar. Sayangnya, mental untuk sadar dan aware terhadap bahaya virus corona relatif kurang dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang dikenal memiliki mentalitas ngeyel.

Himbauan untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan menghindari kerumunan justru kontradiksi dengan apa yang terjadi di lapangan, masih banyak ditemui para warga masyarakat yang malah memanfaatkan himbauan stay at home untuk liburan ke tempat pariwisata, pergi ke mall, hingga mengunjungi sanak keluarga. Inilah realita yang menunjukkan bahwa mentalitas orang Indonesia memang ngeyel dan susah diatur.

Mentalitas seperti itulah yang menurut (hipotesa) saya turut berperan besar membuat bangsa Indonesia sulit melangkah sebagai negara yang memiliki peradaban maju. Perihal mentalitas, kita hendaknya mau dan bisa belajar kepada negara-negara maju, Jepang misalnya. Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki penduduk dengan tingkat kedisiplinan dan ketaatan pada aturan yang sangat tinggi hingga dijuluki sebagai straitjacket society. Dengan mentalitas seperti itulah Jepang akhirnya bisa tumbuh dan berkembang sebagai negara yang maju. Maka dari itu, gerakan revolusi mental yang dicanangkan oleh Jokowi untuk merestorasi mental-mental negatif manusia Indonesia sejujurnya adalah sebuah langkah brilian meskipun secara implementasi, gerakan tersebut sejauh ini belum menghasilkan efek yang memuaskan.

Kembali soal social distancing. Sebagaimana saya jelaskan diatas bahwa keberhasilan pendekatan social distancing akan sangat ditentukan dari kesadaran setiap pribadi untuk aware dan peka terhadap bahaya virus corona dengan stay at home, study at home, dan work from home. Selama minim kesadaran dari warga masyarakat terhadap bahaya persebaran virus corona (tidak melakukan social distancing), maka persebaran virus corona niscaya akan sulit dihentikan.

Maka dari itu, di tengah mentalitas susah diatur masyarakat Indonesia, pemerintah hendaknya tidak boleh patah arang untuk tetap dan terus melakukan himbauan secara masif kepada warga masyarakat akan bahaya virus corona. Ekses yang diharapkan oleh pemerintah tentunya adalah masyarakat mentaati himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing. Di sisi lain para warga masyarakat hendaknya juga saling mengingatkan satu sama lain secara lebih intens.

Solusi

Pemerintah telah memilih pendekatan social distancing untuk menanggulangi persebaran virus corona. Di sisi lain, pendekatan social distancing ini juga harus dipraksiskan serta dicover dengan langkah-langkah strategis agar persebaran virus corona bisa segera ditanggulangi. Langkah-langkah strategis tersebut memiliki dimensi preventif, represif, komunikatif, dan stimulatif yang harus dilaksanakan secara integral.

Dimensi preventif, pemerintah harus mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menekan persebaran virus corona. Misalnya memastikan ketersediaan masker baik secara kuantitas maupun biaya (murah), memberikan bantuan disinfektan untuk membasmi virus, memberikan bantuan vitamin, memberikan stimulus ekonomis kepada golongan masyarakat miskin, kebijakan pembatasan akses keluar dan masuk, dari dan ke Indonesia hingga himbauan keras bagi warga masyarakat agar tidak membuat acara-acara yang bersifat kerumunan.

Dimensi represif, pemerintah harus memastikan ketersediaan rumah sakit yang memadai secara kualitas dan kuantitas untuk menangani pasien, baik yang berstatus suspect maupun positif terinfeksi virus corona agar bisa segera sembuh kembali.

Dimensi komunikatif, pemerintah harus selalu intens memberikan update informasi secara komprehensif mengenai perkembangan virus corona khususnya di wilayah Indonesia. Komunikasi dan informasi yang akurat dan up to date dari pemerintah akan menjadi preferensi utama bagi publik dan khalayak umum dalam mengambil sikap.

Dimensi stimulatif, pemerintah hendaknya memberikan insentif kepada para petugas medis yang saat ini tengah berjuang untuk menanggulangi virus corona. Para petugas medis inilah pihak yang memiliki resiko tinggi terjangkit virus corona karena tugas dan pengabdian mereka mengharuskan mereka untuk berinteraksi dengan pasien suspect maupun positif corona. Para petugas medis di seluruh Indonesia telah memberikan segala dedikasi baik ilmu, waktu, tenaga, resiko dan psikologisnya untuk menanggulangi virus corona. Maka dari itu, saya kira sangat layak mereka mendapatkan insentif dari pemerintah atas dedikasi yang luar biasa tersebut.

Akhir sekali, marilah kita bersinergi bersama sesuai peran dan porsinya masing-masing untuk memutus rantai persebaran virus corona. Kesampingkan terlebih dahulu tendesi apapun, fokus terhadap apa yang menjadi tugas, peran, dan kewajiban kita. Mari berdoa dan berusaha agar virus corona ini segera berakhir, sehingga aktivitas kita bisa kembali normal seperti sedia kala.
           
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar