Minggu, 03 Mei 2020

BUMI HARI INI: CORONA, EKSISTENSI MANUSIA, DAN SISI POSITIF



( Artikel ini ditulis pada 25 Maret 2020)
Covid 19 atau yang lebih familiar disebut virus corona telah mengejawantah sebagai ancaman bagi eksistensi kehidupan manusia. Menurut data per 25 Maret 2020 yang dilansir dari peta penyebaran Covid 19 Global Cases by John Hopkins CSSE , corona telah menyebar di 168 negara dengan menelan 18.612 korban meninggal dunia. Data tersebut diyakini akan sangat cepat berubah, mengingat begitu cepat dan masifnya persebaran Covid 19.
Masifnya persebaran corona sendiri membuat WHO menetapkan Covid 19 sebagai pandemi global. Pandemi global mengandung konsekuensi bahwa negara-negara di dunia harus melaksanakan standar penanganan dan penanggulangan Covid 19 sebagaimana yang ditetapkan oleh WHO.
Di Indonesia sendiri per 25 Maret 2020 total telah ada 790 kasus positif corona dengan korban jiwa 58 orang dan 31 sembuh. Realitas demikian, menunjukkan Corona telah menjelma sebagai ancaman bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Corona adalah "musuh" bagi manusia maupun entitas sebuah negara.
Corona telah membuat 18.612 nyawa manusia melayang, Corona juga melumpuhkan aktivitas perekonomian yang merupakan sektor utama manusia untuk survive. Perusahaan-perusahaan tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya, sekolah-sekolah juga terpaksa diliburkan, aktivitas sosial dan olah raga juga di tunda pelaksanaannya, sektor pariwisata juga lumpuh. Konkretnya, kini corona telah benar-benar menjadi ancaman serius bagi eksistensi kehidupan manusia baik secara fisik maupun meteril. Singkatnya, corona harus segera ditanggulangi dan dibasmi agar kehidupan bumi dan manusia bisa kembali seperti sedia kala.
Solusi Mengatasi Corona
Di atas telah penulis jelaskan bahwa corona telah menjelma sebagai musuh manusia dan negara di seluruh penjuru dunia. Posisi corona sebagai musuh “dunia” hendaknya dapat membangkitkan dan mentransmisi energi solidaritas global untuk bekerja sama menanggulangi corona.
Seluruh negara di dunia harus mengesampingkan segala tendensi politik yang selama ini menjadi tembok besar bagi terciptanya harmonisitas dunia. Sudah saatnya seluruh negara di dunia memiliki awareness dan daya responsifitas untuk bersatu padu guna menanggulangi Corona yang mana merupakam "musuh" bagi eksistensi kehidupan manusia.
Pertama, negara-negara harus membangun komunikasi dan koneksifitas beserta langkah-langkah terintegrasi untuk menanggulangi persebaran virus corona berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh WHO. Kedua, negara-negara harus membangun semangat solidaritas dan altruisme dalam dimensi inklusifitas-humanisme. Misalnya dengan memberikan bantuan vaksin, peralatan medis, pangan, hingga bantuan ekonomi kepada negara-negara yang secara infrastruktur kesehatan dan ekonominya lemah. Ketiga, setiap negara harus membangun sistem penanganan internal yang kuat dalam menanggulangi persebaran virus corona sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Bisa melalui pendekatan lock down, pendekatan social distancing (phisic distancing), atau drive thru.
Pada prinsipnya, ketiga langkah diatas merupakan treatments komprehensif yang harus dilakukan oleh negara-negara di dunia agar virus corona dapat segera dihentikan dan tidak semakin meluas dan semakin mengancam eksistensi kehidupan manusia.
Sisi Positif Munculnya Virus Corona
Di balik sisi negatif corona yang ‘berhasil’ membuat 18.612 jiwa melayang dan melumpuhkan sektor perekonomian yang menjadi soko guru bagi eksistensi kehidupan manusia. Namun ternyata munculnya virus corona juga memberikan beberapa sisi positif yang secara langsung maupun tidak langsung dapat kita rasakan.
Pertama, munculnya semangat humanisme dan solidaritas global. Virus corona secara tidak langsung mampu membuat rasa kemanusiaan dan solidaritas antar negara di dunia menguat. Kini, semua energi dan fokus negara tercurahkan untuk bagaimana segera menghentikan virus corona. Hal tersebut membuat negara-negara di dunia memiliki tujuan yang sama di mana hal ini membuat terbangunnya rasa humanisme dan solidaritas sebagai sesama mahluk dunia.
Kedua, lahirnya nilai atau tatanan baru. Menurut perspektif sosiologi, setiap bencana atau konflik akan memberikan efek positif berupa lahirnya nilai atau tatanan baru. Dalam konteks munculnya virus corona, tatanan atau nilai baru yang lahir tentunya adalah perihal bagaimana menjaga kesehatan bagi individu maupun bagaimana negara mempersiapkan insfastruktur kesehatan yang memadai sebagai langkah preventif maupun represif ketika muncul pandemi virus yang masif.
Ketiga, keintiman keluarga menjadi terbangun kembali. Terbatasnya aktivitas setiap orang untuk keluar dari rumah membuat interaksi setiap orang hanya akan terjalin di rumah dengan keluarganya masing-masing. Keempat, meningkatnya kualitas udara dan lingkungan hidup. Menurunnya aktivitas warga masyarakat membuat polusi atau pencemaran udara menurun drastis. Realitas ini seakan menyiratkan makna bahwa dalam sebuah kegetiran (musibah) pasti tersimpan nilai manfaat pada sisi yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar