Minggu, 29 Mei 2016

TETAP SEMANGAT PAK !!!



TERAS DEPAN RUMAH





Siang ini hujan rintik-rintik tengah mengguyur daerah kediaman saya , hembusan angin yang melaju perlahan membuat hawa dingin serasa menusuk ke dalam tulang , di tengah hawa dingin yang melanda ,secangkir kopi dan beberapa kue basah pun terasa menjadi teman yang pas dan serasi untuk menemani lamunan saya siang ini.


Siang ini saya sengaja membuat secangkir kopi yang lebih pahit dari biasanya , sepahit perasaan saya siang ini , kekalahan PSIR rembang kemarin sore melawan PSIS semarang di stadion krida rembang , secara tidak langsung membuat perasaan saya sangat getir saat ini.


Alasan pertama , sebagai pecinta klub PSIR rembang  , sangat wajar bila saya cukup sedih dengan kekalahan tim yang saya cintai tersebut , karena kekalahan tersebut membuat tim PSIR semakin terjerembab di papan bawah klasemen sementara grup 4 ISC B.


Dari 4 laga yang telah dijalani , PSIR hanya mampu mengemas 2 poin , hasil dari 2 kali kekalahan dan 2 kali hasil seri , hal itu membuat peluang PSIR untuk melaju ke babak selanjutnya boleh dikatakan sangat berat , oleh karena itu menyapu bersih 5 laga kandang tersisa serta meraih poin di setiap laga tandang selanjutnya adalah harga mati yang harus di raih oleh tim PSIR rembang kalau ingin bisa berbicara lebih banyak pada turnamen ISC B ini.


Dan alasan kedua , yang membuat perasaan saya sangat getir akibat kekalahan PSIR rembang kemarin sore lawan PSIS semarang adalah karena saya ikut merasakan beban yang di rasakan oleh ayah saya , yang tak lain adalah pelatih tim PSIR rembang.


Sebagai anak sangat wajar bila saya ikut merasakan apa yang tengah di rasakan oleh ayah saya , saya tahu betul kekalahan di kandang sendiri tersebut jelas menjadi pukulan yang sangat telak bagi segenap komponen tim PSIR rembang , termasuk ayah saya (pelatih).


Pada alasan yang kedua ini , saya memposisikan diri sebagai seorang anak dari seorang pelatih sepakbola , yang mana tim yang ditangani oleh ayah saya menderita kekalahan , bagi saya pribadi , pelatih sepakbola professional adalah salah satu profesi di dunia ini yang mempunyai tekanan sangat besar di dalamnya , sehingga di butuhkan mental yang sangat kuat untuk menjalaninya.


Mengapa saya mengatakan bahwa pelatih sepakbola professional adalah profesi yang mempunyai tekanan yang sangat besar sehingga membutuhkan mental yang sangat kuat untuk menjalani nya ?? , karena nasib setiap pelatih sepakbola di tentukan dari setiap hasil pertandingan yang dijalani oleh tim yang di asuhnya.


artinya saat tim yang ditangani oleh seorang pelatih sepakbola mendapat hasil yang buruk maka akan selalu ada tekanan di sana , baik dari manajemen maupun dari suporter dari tim yang ditangani oleh pelatih tersebut , karena setiap kegagalan sebuah tim dalam menjalani suatu pertandingan akan sangat di bebankan kepada seorang pelatih (di luar konteks pemain).


maka dari itu, dari pertandingan ke pertandingan tentunya akan selalu memacu adrenalin setiap pelatih sepakbola professional , karena nasib mereka sangat ditentukan dari hasil pertandingan-pertandingan tersebut.


Selain itu , hinaan serta cacian yang terkadang melampaui batas-batas kemanusiaan juga harus mereka rasakan ketika tim yang asuhnya menderita kekalahan , oleh karena itu dibutuhkan mental yang sangat kuat untuk menjalani profesi ini (begitupun dengan anggota keluarga dari orang yang menjalani profesi ini)


Dan saya tahu betul , ayah saya adalah seseorang yang mempunyai mental yang sangat kuat soal urusan ini , akan tetapi taukah anda ,mental saya sejujurnya tidak sekuat ayah saya , seperti yang pernah saya katakan dalam artikel (-tempat yang menegangkan-) , bahwa stadion krida rembang akan selalu menjadi tempat yang menegangkan bagi saya , jikalau PSIR bermain dan ayah saya yang menjadi pelatihnya.


Perasaan saya akan selalu di landa rasa tegang dan was-was di sepanjang 90 menit  jalannya pertandingan , apalagi saat tim lawan mengancam gawang atau mencetak gol ke gawang tim PSIR , jantung saya rasanya seperti berhenti berdetak sejenak.


kalau boleh jujur saya katakan , sejujurnya saya tidak pernah bisa menikmati jalannya pertandingan tim PSIR jikalau bermain di kandang (saat ayah saya menjadi pelatih) , karena di sepanjang 90 menit waktu berjalan , otomatis perasaan saya akan selalu di landa rasa tegang dan was-was , sehingga kenikmatan dalam melihat jalannya suatu pertandingan sepakbola tidak pernah saya rasakan.


Apalagi Saat tim PSIR bermain buruk ,yang tentu akan diiringi pula oleh celotehan-celotehan bernuansa hinaan dari penonton yang ditujukan kepada ayah saya yang notabennya adalah pelatih dari tim PSIR , dan terkadang celotehan-celotehan tersebut mampu membuat saya hingga naik pitam , pada saat-saat seperti itu ingin sekali rasanya saya membungkam mulut-mulut mereka dengan bogem mentah saya hehehe.


Terkadang juga terlintas di benak dan pikiran saya , untuk memberikan saran kepada ayah saya agar berhenti menjadi pelatih sepakbola , dan fokus saja meniti karirnya di dinas perhubungan , kebetulan selain menjadi pelatih sepakbola , pekerjaan tetap ayah saya adalah seorang pegawai negeri sipil di dinas perhubungan kabupaten rembang.


Akan tetapi saya sangat menghetahui , seandainya saya memberikan saran tersebut kepada ayah saya , ayah saya pasti akan menolaknya (kecuali ada sebab "khusus") , saya tahu betul bahwa ayah saya sangat mencintai dunia sepakbola , karena dulunya beliau juga merupakan seorang pesepakbola professional.


bahkan beliau diangkat sebagai PNS juga berkat prestasinya dalam dunia sepakbola , artinya sepakbola sudah menjadi bagian hidup dari ayah saya , sehingga akan sangat sulit untuk memisahkan antara sepakbola dengan diririnya.


Sehingga tidak ada pilihan lain selain mendukung pilihan ayah saya , dan seiring berjalannya waktu saya dan keluarga semakin dapat memahami resiko yang harus kami tanggung sebagai keluarga dari seorang pelatih sepakbola , diantaranya yaitu hinaan dan cacian yang harus kami terima saat tim yang ditangani oleh ayah saya sedang dalam performa yang buruk.


Dan sekarang tim yang ditangani oleh ayah saya yaitu PSIR rembang sedang terjerembab di papan bawah , sehingga beban yang dirasakan oleh ayah saya (termasuk saya dan keluarga) pada pertandingan-pertandingan kedepan akan semakin besar   , karena di setiap pertandingan-pertandingan tersebut tim PSIR di wajibkan untuk selalu meraih hasil yang positif , kondisi PSIR saat ini memang boleh dikatakan tengah berada di bawah.


Akan tetapi saya memiliki suatu falsafah hidup yang selalu saya yakini , falsafah tersebut terinspirasi dari quote salah satu tokoh idola saya yaitu bapak luhut binsar pandjaitan yang berbunyi : “segala sesuatu yang di bawah langit ada waktunya dan segala sesuatu yang di atas bumi pasti ada saatnya”.


Artinya Saya selalu mengibaratkan kehidupan seperti roda yang berputar yaitu terkadang kita berada di atas dan terkadang pula kita harus berada di bawah , dan hal itu bisa kapanpun terjadi , baik perubahan dari atas ke bawah , maupun dari bawah ke atas dan tanpa kita sadari sejujurnya hal tersebut adalah bagian dari romantika kehidupan yang justru membuat kehidupan ini terasa lebih nikmat untuk dijalani


Bila diibaratkan seperti roda yang berputar mungkin posisi ayah saya (sebagai pelatih) sekarang sedang berada di bawah , dan ayah saya (sebagai pelatih) juga pernah merasakan nikmatnya saat berada di posisi atas yaitu saat berhasil membawa PSIR promosi ke IPL.


artinya hal yang terjadi saat ini (pada ayah saya sebagai pelatih sepakbola) adalah bagian dari hukum alam itu sendiri yang tidak mungkin bisa dihindari oleh siapapun, hukum alam tersebut bernama:  roda kehidupan , yang “mengharuskan” seseorang untuk merasakan indahnya dunia saat berada di atas dan getirnya dunia saat berada di bawah.


sejujurnya hal yang terpenting adalah bagaimana respons kita dalam menjalani roda kehidupan tersebut , bagaimana respons kita saat kita berada di atas dan bagaimana respons kita saat kita berada di bawah ,karena respons tersebut akan menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya , apakah kita bermental juara atau bermental pecundang , karena di saat menghadapi sebuah beban/masalah dalam kehidupan setiap individu hanya akan diberikan dua pilihan saja yaitu tertekan atau tertantang .


maka dalam kondisi yang seperti ini (berada di bawah) , berusaha semaksimal mungkin dan berdoa adalah jalan pasti yang harus dilakukan agar bisa kembali ke tempat yang seharusnya ,sehingga menerapkan segala penghetahuan dan strategi terbaik (yang didukung pula oleh kerja keras seluruh komponen tim) dalam setiap pertandingan PSIR kedepan adalah jalan satu-satunya yang harus dilakukan oleh ayah saya dan segenap komponen tim PSIR agar tim PSIR bisa kembali bangkit lagi, dan di tengah situasi serta kondisi yang sulit seperti saat ini aku sebagai anakmu akan selalu mendoakan dan mendukungmu , TETAP SEMANGAT PAK !!!



tidak ada seorangpun yang akan berada di atas untuk selamanya dan tidak ada seorangpun yang akan berada di bawah untuk selamanya ,pada saatnya dan pada waktunya segalanya akan berbalik 180 derajat”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar