Rabu, 06 Desember 2017

BELAJAR DARI MASA LALU


"Tidak ada gading yang tak retak", begitulah bunyi peribahasa yang fasih diucapkan oleh masyarakat umum untuk mengkiaskan bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna.

Setiap manusia pasti dianugerahi oleh Tuhan yang maha esa berupa sisi kelebihan maupun sisi kekurangan tanpa terkecuali. Tidak ada manusia yang hanya memiliki sisi kelebihan saja tanpa memiliki sisi kekurangan, sebaliknya juga tidak ada manusia yang hanya memiliki sisi kekurangan saja tanpa memiliki sisi kelebihan.

Oleh sebab itu, setiap manusia pasti memiliki sisi baik maupun sisi buruk dalam diri atau kepribadiannya, dan setiap manusia akan selalu terikat dengan dua hal tersebut dalam hidupnya.

Disinilah kemudian pentingnya untuk membuka diri, bergaul dan bersosialisasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan membuka diri, bergaul dan bersosialisasi dalam masyarakat tentunya akan membuat pemikiran dan watak kita menjadi lebih luwes dan terbuka, lebih memahami bahwa kelebihan, kekurangan dan perbedaan pada hakikatnya adalah sebuah keniscayaan, yang tidak akan pernah bisa dihindari dalam kehidupan.

Dengan membuka diri, bergaul dan bersosialisasi juga memungkinkan kita untuk bisa menyerap sisi-sisi positif dari watak atau kepribadian seseorang yang mana sisi positif tersebut belum bersemayam dalam diri kita, dengan menyerap sisi-sisi positif tersebut, otomatis sisi-sisi kekurangan yang ada dalam diri kita akan tereduksi dengan sendirinya, sehingga hal itu membuat kita bisa tumbuh menjadi sebuah pribadi yang lebih baik.

Berbicara mengenai kelebihan maupun kekurangan dalam diri manusia tentunya juga berafiliasi kuat dengan kemampuan manusia untuk mencerna ataupun mengais hikmah atas kisah, peristiwa atau pengalaman masa lalu dalam hidupnya.

Seberapa besar seseorang mampu mengambil hikmah atas peristiwa masa lalu nya akan berpengaruh besar terhadap bagaimana karakter dia di masa depan.

Semakin besar hikmah yang dapat diambil akan cenderung membuat karakter seseorang menjadi lebih baik, sebaliknya, jika seseorang tidak pernah mampu mengambil hikmah atas peristiwa masa lalunya ia akan cenderung menjadi sebuah pribadi dengan karakter yang kurang baik.

Lebih dari itu, masa lalu pada dasarnya adalah sebuah sarana yang bisa kita jadikan sebagai pedoman untuk melakukan introspeksi diri, mawas diri, serta bahan pembelajaran untuk pijakan masa depan yang lebih baik. Masa lalu memberikan pengalaman berharga kepada kita agar kita lebih berhati-hati dan lebih bijaksana dalam menghadapi suatu keadaan atau masalah.

Masa lalu sendiri selalu menyediakan 2 nuansa, yaitu masa lalu dengan nuansa positif yang berafiliasi dengan kebahagiaan dan masa lalu dengan nuansa negatif yang berafiliasi dengan nestapa, dan pastinya setiap manusia tentunya pernah mengalami 2 nuansa tersebut di dalam perjalanan hidupnya.

Masa lalu dengan nuansa positif tentunya meninggalkan kesan yang menyenangkan, dan akan membuat hati kita bahagia ketika mengingatnya kembali, sebaliknya masa lalu dengan nuansa negatif selalu meninggalkan kesan yang kurang mengenakkan di hati dan membuat kita muak atau sakit hati ketika mengingatnya lagi.

Itulah sebabnya masa lalu dengan nuansa negatif selalu dibenci oleh sebagian besar orang, mereka (sebagian besar orang) akan selalu berusaha menutup rapat dan mengubur masa lalu tersebut secara dalam-dalam. Sikap demikian itu, justru akan merugikan diri sendiri, karena akan membuat mereka tak pernah mampu untuk menggali dan mengambil hikmah atau bahan pembelajaran dari setiap peristiwa masa lalu nya. Karena sudah terlanjur antipati.

Padahal baik masa lalu yang bernuansa positif maupun masa lalu yang bernuansa negatif sejatinya mengandung value atau nilai kehidupan yang berarti bagi kehidupan kita, asalkan kita dapat mencerna nya dengan baik sehingga membuat kita mampu mengambil hikmah atau intisari dari setiap peristiwa masa lalu tersebut.

Masa lalu dengan nuansa positif seyogyanya mampu kita jadikan sebagai acuan tentang bagaimana bersikap, berperilaku dan bereaksi dalam menghadapi suatu keadaan atau masalah yang kita alami, sehingga nuansa positif masa lalu tersebut mampu kembali menular dalam kehidupan kita.

Sedangkan masa lalu dengan nuansa negatif idealnya haruslah kita jadikan sebagai bahan pembelajaran dan kontemplasi untuk merevitalisasi diri dan memperbaiki hal-hal ( sikap, perilaku dan reaksi ) yang pernah kita lakukan dahulu, sehingga masa lalu dengan nuansa negatif tersebut tidak terulang dalam kehidupan kita.

Maka dari itu, janganlah kita anti atau berniat untuk mengubur dalam-dalam masa lalu kita, terutama yang bernuansa negatif, mengingat masa lalu tersebut pada dasarnya bisa memberikan manfaat bagi kehidupan kita, asalkan kita dapat mencerna dan memposisikannya secara tepat, yakni sebagai bahan introspeksi diri, sarana pembelajaran hidup dan untuk kontemplasi atau pijakan masa depan yang lebih baik.

Akhir sekali, masa lalu sejatinya tidak akan pernah bisa kita hapus, namun masa lalu seyogyanya dapat kita gali dan kita pelajari sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan kita, jadi, janganlah anti dan benci terhadap masa lalu, karena masa lalu pada hakikatnya mempunyai value atau nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

Belajar lah dari masa lalu !!!


                   
 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar