Selasa, 14 April 2020

RAGAM TIPOLOGI MAHASISWA

Salah satu problematika besar dunia pendidikan tinggi kita adalah mengenai paradigma mahasiswa yang masih memandang arti pendidikan sebatas nilai formal-material bukan nilai substantif-fungsional. 

Nilai formal-material memandang arti pendidikan hanya sekadar aspek formalitas dan materialistik. Pendidikan dilihat hanya sekadar sebagai sarana untuk mendapatkan nilai bagus, mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan tinggi, menjadi orang kaya, hingga untuk naik pangkat dan jabatan. Paradigma formal-material membuat para mahasiswa hanya terpacu pada aspek formalitas (nilai dan ipk bagus) tanpa memiliki hasrat dan kemauan untuk menguasai ilmu dibidang yang mereka kaji secara mendalam.

Paradigma formal-material membuat sari pati dan esensi pendidikan tidak mampu memberikan sumbangsih substantif bagi pembangunan karakter (moralitas) dan penanaman nilai keilmuan mahasiswa, yang ekses jangka panjangnya berimbas pada kontraproduktifnya fungsi dan relasi pendidikan tinggi terhadap kemajuan dan integritas bangsa.
Semakin banyak lulusan pendidikan tinggi, semakin banyak masyarakat bergelar sarjana, magister hingga doktor namun dapat kita lihat kualitas peradaban dan moralitas bangsa tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Nyatanya, korupsi masih menjalar di segala sektor kehidupan negara dan pelakunya mayoritas adalah mereka yang berpendidikan tinggi.
Menurut hemat saya, dunia pendidikan tinggi "hanya" akan bisa memberikan sumbangsih substansial bagi pembangunan karakter (moralitas) dan nilai keilmuan jika para mahasiswa mampu mengubah mindset dan paradigma berpikir bahwa pendidikan tinggi adalah ranah untuk menyemai nilai pendidikan substantif-fungsional bukan sekadar nilai formal-materialistis. 

Pendidikan tinggi (idealnya) adalah tempat di mana karakter, moralitas, dan intelektualitas ditanamkan dan ditempa secara kaffah guna membentuk kepribadian diri yang kental dengan nilai intelektualitas, integritas (karakter), kemanusiaan, religiusitas, dan cita keindonesiaan guna dapat memberikan dampak transformatif dan mobilitas (kemajuan) baik bagi diri sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara.
Ragam Mahasiswa
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman empirik saya sebagai mahasiswa baik di tingkat sarjana maupun magister, dapat saya simpulkan terdapat empat jenis tipologi mahasiswa ditinjau dari paradigma dalam memandang arti pendidikan.
Pertama, mahasiswa substantif. Adalah kelompok mahasiswa yang mencintai keilmuan. Orientasi mahasiswa substantif adalah ilmu bukan sekadar nilai. Orientasi terhadap ilmu secara otomatis juga berimbas terhadap nilai mereka yang bagus.
Mahasiswa substantif suka terhadap hal-hal yang berafiliasi dengan keilmuan seperti membaca, menulis, dan berdiskusi. Hal tersebut membuat penguasaan ilmu mereka relatif sangat tinggi. Nilai karakter, integritas, dan idealisme mereka juga sangat tinggi. Sayangnya, jumlah mahasiswa substantif ini hanya berjumlah sekitar 1-2 % saja.
Kedua, mahasiswa formal-positif. Adalah kelompok mahasiswa yang memiliki orientasi yang tinggi terhadap aspek formal misalnya nilai atau ipk. Mereka juga memiliki etos dan integritas yang tinggi dalam arti proses untuk mendapatkan nilai atau ipk yang bagus tersebut merupakan hasil dari kerja keras dan belajar sungguh-sungguh yang mereka lakukan.
Mahasiswa formal-positif relatif anti dengan perbuatan-perbuatan negatif misalnya mencontek atau ngepek (membuat catatan kecil). Tipe mahasiswa seperti ini memang akan memiliki nilai atau ipk yang bagus namun aspek penguasaan ilmu akan cenderung moderat. Jumlah mahasiswa formal-positif ini sekitar 5-10 % saja.
Ketiga, mahasiswa formal-negatif. Hampir sama dengan tipe mahasiswa formal-positif yang memiliki orientasi tinggi terhadap aspek formal (nilai atau ipk) hanya saja cara untuk mendapatkannya dilakukan dengan cara-cara yang negatif. Ibaratnya, segala macam cara akan dilakukan demi mendapatkan nilai atau ipk yang bagus.
Mahasiswa formal-negatif relatif akan memiliki nilai atau ipk antara sedang hingga bagus namun aspek integritas dan penguasaan ilmu mereka cukup rendah. Jumlah mahasiswa formal-negatif ini sekitar 50-85 %. Presentase paling tinggi di antara tipologi mahasiswa yang lain.
Keempat, mahasiswa bengal. Merupakan tipe mahasiswa yang tidak memiliki etos maupun orientasi terhadap aspek formal (nilai) maupun aspek substantif (ilmu) istilah kasarnya “mahasiswa tidak niat kuliah”. Mahasiswa tipe ini biasanya mengalami fenomena salah pergaulan maupun kecanduan terhadap sesuatu hal yang membuat aktivitas kuliah mereka terbengkalai. Mahasiswa tipe ini biasanya akan berakhir dengan DO (drop out) atau telat lulus. Nilai atau ipk mereka juga sangat rendah begitupun dengan aspek penguasaan ilmu. Jumlah mahasiswa ini sekitar 5-7 %.
Akhir sekali, perlu dipahami bahwa jenis-jenis tipologi mahasiswa beserta presentasenya di atas merupakan hasil pengamatan sederhana saya di tempat saya menimba ilmu. Oleh karena itu, bisa saja dan tidak menutup kemungkinan, di tempat lain memiliki jenis tipologi mahasiswa beserta presentase yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar