Minggu, 24 Juni 2018

LAGA KLASIK INDONESIA


" Sepakbola akan semakin menarik untuk ditonton tatkala kedua tim yang bertarung tidak hanya bertanding untuk menang tetapi juga untuk sebuah kehormatan dan kebanggaan dalam balutan sportifitas "



Pada awal artikel ini saya ingin menegaskan bahwa apa yang saya tulis pada artikel ini merupakan perspektif saya pribadi yang sangat mungkin berbeda dengan sudut pandang anda maupun sudut pandang orang lain, namun dapat saya pastikan sudut pandang saya dalam artikel ini sudah barang tentu dilandasi dengan dasar argumentasi yang kuat.

Berbicara laga klasik, benak kita pasti akan terpikat pada bayangan akan sebuah laga bertensi tinggi, sarat historis, penuh nostalgia, bumbu emosi, kualitas pertandingan kelas tinggi hingga antusiasme yang membara.

Hal-hal tersebut merupakan ciri khas dari sebuah laga klasik, jika dalam sebuah pertandingan sepakbola hal-hal seperti itu tidak tercermin satu pun maka sulit untuk mengatakan bahwa laga tersebut cukup mahfum untuk di sebut laga klasik.

Lalu sebenarnya apa itu laga klasik ?, Sebelum membahas laga klasik ada baiknya kita tinjau dari hal yang sederhana yakni makna harfiah dari klasik itu sendiri, secara harfiah klasik berarti : berasal dari masa lampau, tidak kolot atau ketinggalan zaman, klasik juga memiliki konotasi agung, berkualitas dan serba tinggi.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia klasik memiliki dua makna pokok yaitu pertama, nilai atau mutu yang menjadi tolok ukur kesempurnaan yang abadi, kedua, termahsyur karena bersejarah.

Maka dari itu, laga klasik sejatinya memiliki dua arti atau landasan, yakni laga yang penuh mutu dalam hal ini dapat dipahami laga-laga yang mempertemukan klub-klub yang sarat prestasi atau yang terbaik di liga negaranya, diluar negeri dapat kita jumpai laga berlabel laga klasik seperti laga Barcelona vs Real Madrid, Manchester United vs Liverpool, Juventus vs AC Milan, Ajax Amsterdam vs PSV Eindhoven hingga Boca Junior vs River Plate.

Laga-laga diatas merupakan laga yang sangat mahfum dan telah mendapatkan legitimasi kuat untuk disebut laga klasik, mana ada yang menyangkal bahwa laga antara Real Madrid vs Barcelona adalah bukan laga klasik, lha wong label laga keduanya selalu bertajuk El Clasico ( klasik ), lalu mengapa Real Madrid vs Barcelona disebut laga klasik bahkan tidak hanya di Spanyol tapi juga di dunia ? salah satu alasannya adalah karena Real Madrid dan Barcelona sendiri merupakan 2 klub tersukses di Spanyol, dengan koleksi gelar terbanyak di liga Spanyol, Real Madrid memiliki 33 gelar sedangkan Barcelona 25 gelar, Real Madrid dan Barcelona pun sering disebut khalayak umum sebagai "rival abadi".

Hal tersebut juga berlaku bagi laga Manchester United vs Liverpool, dua klub tersukses di Inggris, Juventus vs AC Milan, dua klub tersukses di Italia, Ajax vs PSV, dua klub tersukses di Belanda, dan Boca Junior vs River Plate, dua klub tersukses di Argentina.

Ini berarti salah satu landasan untuk menyebut laga klasik adalah karena raihan prestasi, jika itu tolok ukurnya, maka laga klasik di liga Indonesia tentunya adalah laga yang mempertemukan 2 klub yang memiliki prestasi terbaik di Indonesia, jika dihitung dari era perserikatan hingga saat ini, maka laga yang paling sahih untuk disebut laga klasik adalah laga antara Persija Jakarta vs Persebaya, karena merekalah 2 klub pengoleksi gelar juara terbanyak, Persija dengan 10 gelar ( 9 perserikatan + 1 liga Indonesia ) dan Persebaya dengan 8 gelar ( 6 perserikatan + 2 liga Indonesia ).

Kemudian landasan kedua untuk menyebut laga klasik sebagaimana diartikan secara harfiah, adalah laga-laga yang syarat historis atau sejarah, hal ini dapat dipahami bahwa makna laga klasik adalah laga-laga yang mempertemukan klub-klub tertua di sebuah negara.

Jika ditinjau dari landasan historis atau sejarah maka laga klasik di Indonesia adalah laga yang mempertemukan klub-klub tertua di Indonesia, klub tertua di Indonesia, yakni PSM Makassar 103 tahun, PPSM Magelang 99 tahun, Persis Solo 95 tahun, Persebaya Surabaya 89 tahun dan Persija Jakarta 88 tahun, jika landasan laga klasik ditinjau dari sisi historis yang dapat dipahami sebagai laga-laga yang mempertemukan klub-klub tertua di Indonesia, maka laga-laga yang mempertemukan antar kelima klub tersebut di atas merupakan laga klasik.

Laga klasik dengan landasan historis menurut hemat saya juga dapat dipahami sebagai laga-laga yang mempertemukan antar klub-klub pendiri PSSI, sebagaimana kita ketahui ada 7 klub pendiri PSSI yakni Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Madiun, PSIM Yogyakarta, Persis Solo dan PPSM Magelang, laga-laga antar ketujuh klub tersebut pun juga layak untuk disebut laga klasik mengingat ketujuh klub tersebut adalah aktor yang menginisiasi lahirnya induk sepakbola nasional kita.

Jika di konkretisasi maka laga klasik menurut pendapat saya memiliki 2 landasan persepektif, pertama yakni dari sisi prestasi atau yang dipahami sebagai laga yang mempertemukan 2 klub tersukses di liga sebuah negara, jika itu tolok ukurnya maka di Indonesia hanya laga Persija Jakarta vs Persebaya Surabaya layak untuk di sebut laga klasik karena merekalah pengoleksi gelar juara terbanyak di Indonesia, dan jika dari segi prestasi yang menjadi tolok ukurnya maka penentuan laga klasik di masa depan bisa saja berubah tidak hanya untuk laga Persija vs Persebaya, karena di masa depan pengoleksi gelar terbanyak bisa saja berubah.

Karena sejauh apa yang saya tau laga berlebel klasik di manapun pasti adalah laga yang mempertemukan 2 klub tersukses di sebuah negara, contohnya ya laga Real Madrid vs Barcelona, Ajax vs PSV, Manchester United vs Liverpool, Juventus vs AC Milan, Boca Junior vs River Plate dll.

Kemudian perspektif kedua adalah dari sisi historis, yang dibagi dua, yakni dari sisi usia klub dan dari sisi pendiri PSSI, jika tolok ukurnya sisi historis maka label laga klasik di Indonesia adalah laga-laga yang mempertemukan klub-klub tertua di Indonesia, dan juga laga-laga yang mempertemukan klub-klub pendiri PSSI, jika ini tolok ukurnya maka sampai kapanpun label laga klasik di Indonesia tidak akan berubah seiring berjalannya waktu.

Lalu apa itu laga derby ? laga derby selalu berafiliasi erat dengan laga yang mempertemukan 2 klub yang berada dalam satu wilayah geografis yang sama, misalnya satu kota, satu pulau hingga satu provinsi, di luar negeri dapat kita temui laga berlabel derby seperti laga Manchester United vs Manchester city, Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers, Inter Milan vs AC Milan, Napoli vs Palermo, AS Roma vs Lazio, Boca Junior vs River Plate, Arsenal vs Chelsea hingga Atletico Madrid vs Real Madrid.

Di Indonesia juga banyak laga bertajuk laga derby seperti Persija vs Persitara, Persita vs Persikota, PSS vs PSIM, Mitra Kukar vs Pusamania Borneo, hingga Persebaya vs Arema, klub kebanggaan kota saya PSIR Rembang pun memiliki laga derby bertajuk derby muria yakni melawan Persiku Kudus.

Lalu apa bisa sebuah laga bertajuk laga derby sekaligus berlabel laga klasik ? bisa saja contohnya adalah laga antara Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers, 2 klub tersebut merupakan 2 klub tersukses di Skotlandia ( Celtic 49 gelar juara liga Skotlandia, Rangers 54 gelar juara liga Skotlandia ) sekaligus 2 klub yang berada dalam wilayah kota yang sama yakni Glasgow, kemudian laga berlabel derby sekaligus klasik juga dapat di jumpai dalam laga Boca Junior vs River Plate yang merupakan 2 klub tersukses di Argentina ( River Plate 36 gelar juara liga Argentina, Boca Junior 32 Juara liga Argentina ) yang kebetulan berbasis di kota yang sama Buenos Aires, sedangkan untuk Indonesia menurut pendapat saya belum ada laga yang layak untuk memiliki label double sebagai laga klasik sekaligus laga derby.

Pada dasarnya penilaian sebuah laga klasik atau tidak bukanlah hal yang fundamental karena tidak akan berpengaruh terhadap jalannya laga itu sendiri baik secara teknis maupun non teknis, misalnya kita menilai Persib vs Persija bukan laga klasik, namun pendapat itu tidak akan merubah jalannya pertandingan antara Persib vs Persija yang pasti akan selalu diwarnai tensi tinggi, sarat emosi, gengsi hingga antusiasme yang membara.

Pada hakikatnya sepakbola akan terasa lebih menarik untuk di tonton ketika 2 klub yang berlaga tidak hanya bertarung untuk menang tetapi juga demi sebuah kehormatan dan kebanggaan dalam balutan sportifitas, dalam sepakbola hal-hal seperti itu akan bisa kita temukan pada laga klasik maupun laga-laga derby meskipun kadang label "sportifitas" kurang diperhatikan.



Sekian .....









Tidak ada komentar:

Posting Komentar