Selasa, 14 Agustus 2018

MENJAGA MEREKA




Timnas Indonesia U-16 suskes meraih juara di ajang Piala AFF U-16 tahun 2018, setelah mengkandaskan perlawanan sengit tim gajah putih muda Thailand di partai final lewat babak adu penalti, partai final yang digelar di stadion delta Sidoarjo itupun seakan menjadi pengulang memorabilia momen manis 5 tahun silam ditempat yang sama yakni saat Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafrie sukses meraih gelar juara piala AFF U-19 setelah menaklukan Vietnam juga melalui babak adu penalti.

Malam itu, stadion delta Sidoarjo penuh sesak oleh suporter Timnas Indonesia yang ingin menjadi saksi keberhasilan Timnas Indonesia U-16 merengkuh gelar juara piala AFF U-16 untuk yang pertama kalinya, warna merah putih pun mendominasi seluruh isi stadion, dukungan, chant dan nyanyian pembakar semangat pun tak henti-hentinya dikumandangkan sepanjang laga, fanatisme yang menggelora begitu nampak dari ekspresi masyarakat indonesia dalam mengejawantahkan kecintaan mereka kepada tim nasional Indonesia tidak terbatas pada konteks apakah tim nasional junior atau senior.

Tak hanya suporter yang datang langsung ke stadion, para masyarakat Indonesia di berbagai daerah, baik dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia pun juga menunjukkan dukungan dan fanatismenya dengan melakukan nonton bareng untuk mendukung Timnas U-16 melalui layar kaca, malam itu doa dari jutaan masyarakat indonesia mengiringi perjuangan Timnas U-16 dalam usaha menjadi yang terbaik di ajang piala AFF U-16 tahun 2018.

Pada akhirnya sebagaimana kita ketahui bersama, tim asuhan coach Fahry Husaini akhirnya mampu membayar dukungan dan fanatisme dari seluruh masyarakat pecinta sepakbola baik yang datang langsung ke stadion maupun yang mendukung melalui layar kaca dengan sempurna, setelah melalui pertandingan yang cukup sengit, tim garuda muda akhirnya mampu mengalahkan tim gajah putih muda melalui babak adu tendangan penalti sekaligus sukses merengkuh gelar juara untuk yang pertama kalinya di ajang ini.

Keberhasilan Timnas U-16 ini memang patut kita syukuri dan kita banggakan, namun agaknya keberhasilan ini juga jangan terlalu disikapi secara berlebihan, jangan terlalu memuji setinggi langit dan meletakkan para pemain yang masih sangat belia tersebut bak pahlawan hingga membuat mereka lupa diri atau terbebani oleh harapan yang membumbung tinggi, perlu diingat bahwa di level junior hal yang terpenting bukanlah gelar juara, tetapi bagaimana para pemain bisa mendapatkan ruang yang layak untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka secara optimal, sehingga ketika beranjak dewasa dan memasuki level profesional pemain-pemain ini dapat tumbuh menjadi pemain yang berkualitas baik secara teknik, fisik, taktik, intelegensi dan mental sehingga mampu menjadi amunisi-amunisi yang mumpuni dari Timnas senior untuk memberikan gelar juara kepada rakyat dan negara, inilah goalnya.

Momen keberhasilan Timnas U-16 merengkuh gelar juara piala AFF U-16 ini sejatinya menyiratkan 2 pesan atau makna penting, pertama, momen tersebut menunjukkan bahwa bakat, talenta dan potensi pemain muda kita sejatinya tidak pernah kalah dari negara lain khususnya di wilayah Asia Tenggara, kita memiliki pemain-pemain yang sangat potensial di Timnas U-16 ini sebut saja Bagus Kahfi, David Maulana, Sutan Zico, Supriadi, Rendy Juliansyah, Hamsa Lestaluhu, Brilyan Aldama dll.

Kedua, bahwa potensi, bakat dan talenta dari para pemain-pemain belia menghadirkan sebuah tanggungjawab dari kita bersama, sebuah tanggungjawab untuk menjaga agar pemain-pemain sarat potensi ini dapat semakin berkilau dan tidak layu sebelum berkembang sebagaimana yang sering terjadi selama ini, pemerintah, induk organisasi (PSSI), pers dan juga masyarakat memiliki tanggungjawab bersama untuk menjaga bakat-bakat potensial tersebut agar semakin matang dan berkilau seiring dengan berjalannya waktu.

Pemerintah hendaknya menunjang dari sisi pembangunan infrastruktur sepakbola seperti stadion, lapangan latihan, fasilitas penunjang latihan hingga training camp untuk Timnas yang berstandar internasional, karena tanpa modal infrastuktur  sepakbola yang berkualitas, pengembangan sepakbola tentunya akan bisa terhambat, misalnya bagaimana mau mendapat latihan yang optimal kalau kualitas lapangan yang menjadi tempat latihan buruk atau bagaimana bisa berlatih optimal kalau fasilitas latihan kurang memadai.

Kemudian PSSI, PSSI harus mampu menyediakan lahan yang cukup dalam hal ini adalah kompetisi kelompok umur berjenjang yang terstruktur dan berkesinambungan sebagai media bagi para pemain-pemain belia tersebut maupun pemain belia yang lain untuk mengembangkan potensi, bakat dan talentanya secara maksimal, karena agaknya selama ini PSSI seringali lalai dalam hal menyediakan kompetisi kelompok umur yang terstruktur dan berjenjang sebagai media untuk menjaga dan memoles para bakat-bakat muda kita agar semakin berkilau.

Berikutnya masyarakat dan pers hendaknya juga menjaga para aset muda kita ini, dengan memberikan porsi pemberitaan yang wajar, jangan terlarut hegemoni yang berlebihan, memuji boleh tetapi jangan berlebihan, jangan letakkan pemain belia yang masih labil psikologisnya ini seperti pahlawan dan pemain bintang yang disandarkan dengan harapan yang tinggi yang justru dapat membuat mereka lupa diri dan terbebani hingga tidak bisa berkembang maksimal sesuai bakat, talenta dan potensinya masing-masing.

Biarkanlah pemain-pemain muda tersebut fokus untuk meningkatkan kapasitas diri sebagai atlet, biarkan mereka menikmati masa-masa pertumbuhan dengan balutan etos dan optimisme akan sepakbola, jangan memberikan pujian setinggi langit dan harapan yang membumbung tinggi kepada mereka, karena hal tersebut justru bisa menjadi boomerang.

Selama ini kita selalu diberikan karunia bakat-bakat muda nan melimpah, namun entah mengapa kita tidak pernah mampu mengawal bakat-bakat muda tersebut hingga dewasa dan menghadirkan prestasi di level senior, fakta yang tersaji ini hendaknya kita telaah bersama kemudian kita temukan solusi yang tepat untuk mengawal dan menjaga bakat-bakat muda nan menjanjikan ini agar semakin kemilau memasuki level profesional sehingga mampu berhimpun menjadi Timnas senior yang tangguh untuk menghadirkan prestasi bagi persepakbolaan kita, kuncinya saya rasa adalah peran dan sinergitas yang optimal antara pemerintah, PSSI, pers dan masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing, sebagaimana yang saya jelaskan diatas tadi.

Indonesia memiliki modal fanatisme sepakbola yang luar biasa, masyarakat indonesia gila akan sepakbola, bakat-bakat muda kita juga melimpah ruah dari Aceh hingga Papua, hal ini menjadi sangat ironis bila dikomparasikan dengan fakta bahwa terakhir kali Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara adalah pada 1991 silam atau 27 tahun yang lalu tepatnya di ajang Sea Games 1991.

Oleh karenanya kedepan ini kesalahan-kesalahan kita di masa lalu dalam mengawal dan menjaga para bakat-bakat muda kita jangan sampai terulang kembali, marilah kita kawal dan jaga mereka bersama, dengan memberikan ruang (kompetisi, fasilitas, dukungan) yang layak bagi mereka untuk dapat mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki secara maksimal, karena pada dasarnya mereka bukan hanya sekedar aset sepakbola melainkan juga aset bangsa dan negara.

Menjaga mereka adalah tanggungjawab kita bersama.


 Selesai....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar