Timnas Indonesia U-16 suskes meraih juara di ajang
Piala AFF U-16 tahun 2018, setelah mengkandaskan perlawanan sengit tim gajah
putih muda Thailand di partai final lewat babak adu penalti, partai final yang
digelar di stadion delta Sidoarjo itupun seakan menjadi pengulang memorabilia momen manis 5 tahun silam ditempat yang sama yakni saat Timnas Indonesia
U-19 asuhan Indra Sjafrie sukses meraih gelar juara piala AFF U-19 setelah
menaklukan Vietnam juga melalui babak adu penalti.
Malam itu, stadion delta Sidoarjo penuh sesak oleh suporter
Timnas Indonesia yang ingin menjadi saksi keberhasilan Timnas Indonesia U-16
merengkuh gelar juara piala AFF U-16 untuk yang pertama kalinya, warna merah
putih pun mendominasi seluruh isi stadion, dukungan, chant dan nyanyian
pembakar semangat pun tak henti-hentinya dikumandangkan sepanjang laga,
fanatisme yang menggelora begitu nampak dari ekspresi masyarakat indonesia
dalam mengejawantahkan kecintaan mereka kepada tim nasional Indonesia tidak
terbatas pada konteks apakah tim nasional junior atau senior.
Tak hanya suporter yang datang langsung ke stadion,
para masyarakat Indonesia di berbagai daerah, baik dari ujung timur hingga
ujung barat Indonesia pun juga menunjukkan dukungan dan fanatismenya dengan
melakukan nonton bareng untuk mendukung Timnas U-16 melalui layar kaca, malam
itu doa dari jutaan masyarakat indonesia mengiringi perjuangan Timnas U-16 dalam
usaha menjadi yang terbaik di ajang piala AFF U-16 tahun 2018.
Pada akhirnya sebagaimana kita ketahui bersama, tim asuhan
coach Fahry Husaini akhirnya mampu membayar dukungan dan fanatisme dari seluruh masyarakat pecinta
sepakbola baik yang datang langsung ke stadion maupun yang mendukung melalui
layar kaca dengan sempurna, setelah melalui pertandingan yang cukup sengit, tim
garuda muda akhirnya mampu mengalahkan tim gajah putih muda melalui babak adu
tendangan penalti sekaligus sukses merengkuh gelar juara untuk yang pertama
kalinya di ajang ini.
Keberhasilan Timnas U-16 ini memang patut kita
syukuri dan kita banggakan, namun agaknya keberhasilan ini juga jangan terlalu
disikapi secara berlebihan, jangan terlalu memuji setinggi langit dan
meletakkan para pemain yang masih sangat belia tersebut bak pahlawan hingga
membuat mereka lupa diri atau terbebani oleh harapan yang membumbung tinggi,
perlu diingat bahwa di level junior hal yang terpenting bukanlah gelar juara,
tetapi bagaimana para pemain bisa mendapatkan ruang yang layak untuk
mengembangkan bakat dan potensi mereka secara optimal, sehingga ketika beranjak
dewasa dan memasuki level profesional pemain-pemain ini dapat tumbuh menjadi
pemain yang berkualitas baik secara teknik, fisik, taktik, intelegensi dan
mental sehingga mampu menjadi amunisi-amunisi yang mumpuni dari Timnas senior
untuk memberikan gelar juara kepada rakyat dan negara, inilah goalnya.
Momen keberhasilan Timnas U-16 merengkuh gelar juara
piala AFF U-16 ini sejatinya menyiratkan 2 pesan atau makna penting, pertama,
momen tersebut menunjukkan bahwa bakat, talenta dan potensi pemain muda kita
sejatinya tidak pernah kalah dari negara lain khususnya di wilayah Asia
Tenggara, kita memiliki pemain-pemain yang sangat potensial di Timnas U-16 ini
sebut saja Bagus Kahfi, David Maulana, Sutan Zico, Supriadi, Rendy Juliansyah,
Hamsa Lestaluhu, Brilyan Aldama dll.
Kedua, bahwa potensi, bakat dan talenta dari para
pemain-pemain belia menghadirkan sebuah tanggungjawab dari kita bersama, sebuah
tanggungjawab untuk menjaga agar pemain-pemain sarat potensi ini dapat semakin
berkilau dan tidak layu sebelum berkembang sebagaimana yang sering terjadi
selama ini, pemerintah, induk organisasi (PSSI), pers dan juga masyarakat memiliki
tanggungjawab bersama untuk menjaga bakat-bakat potensial tersebut agar semakin
matang dan berkilau seiring dengan berjalannya waktu.
Pemerintah hendaknya menunjang dari sisi pembangunan
infrastruktur sepakbola seperti stadion, lapangan latihan, fasilitas penunjang
latihan hingga training camp untuk Timnas yang
berstandar internasional, karena tanpa modal infrastuktur sepakbola yang berkualitas, pengembangan
sepakbola tentunya akan bisa terhambat, misalnya bagaimana mau mendapat latihan
yang optimal kalau kualitas lapangan yang menjadi tempat latihan buruk atau bagaimana bisa berlatih optimal kalau fasilitas latihan kurang memadai.
Kemudian PSSI, PSSI harus mampu menyediakan lahan yang cukup
dalam hal ini adalah kompetisi kelompok umur berjenjang yang terstruktur dan
berkesinambungan sebagai media bagi para pemain-pemain belia tersebut maupun pemain
belia yang lain untuk mengembangkan potensi, bakat dan talentanya secara
maksimal, karena agaknya selama ini PSSI seringali lalai dalam hal menyediakan
kompetisi kelompok umur yang terstruktur dan berjenjang sebagai media untuk
menjaga dan memoles para bakat-bakat muda kita agar semakin berkilau.
Berikutnya masyarakat dan pers hendaknya juga
menjaga para aset muda kita ini, dengan memberikan porsi pemberitaan yang
wajar, jangan terlarut hegemoni yang berlebihan, memuji boleh tetapi jangan
berlebihan, jangan letakkan pemain belia yang masih labil psikologisnya ini
seperti pahlawan dan pemain bintang yang disandarkan dengan harapan yang tinggi
yang justru dapat membuat mereka lupa diri dan terbebani hingga tidak bisa
berkembang maksimal sesuai bakat, talenta dan potensinya masing-masing.
Biarkanlah pemain-pemain muda tersebut fokus untuk
meningkatkan kapasitas diri sebagai atlet, biarkan mereka menikmati masa-masa
pertumbuhan dengan balutan etos dan optimisme akan sepakbola, jangan memberikan
pujian setinggi langit dan harapan yang membumbung tinggi kepada mereka, karena
hal tersebut justru bisa menjadi boomerang.
Selama ini kita selalu diberikan karunia bakat-bakat
muda nan melimpah, namun entah mengapa kita tidak pernah mampu mengawal
bakat-bakat muda tersebut hingga dewasa dan menghadirkan prestasi di level
senior, fakta yang tersaji ini hendaknya kita telaah bersama kemudian kita
temukan solusi yang tepat untuk mengawal dan menjaga bakat-bakat muda nan
menjanjikan ini agar semakin kemilau memasuki level profesional sehingga mampu
berhimpun menjadi Timnas senior yang tangguh untuk menghadirkan prestasi bagi
persepakbolaan kita, kuncinya saya rasa adalah peran dan sinergitas yang
optimal antara pemerintah, PSSI, pers dan masyarakat sesuai dengan porsinya
masing-masing, sebagaimana yang saya jelaskan diatas tadi.
Indonesia memiliki modal fanatisme sepakbola yang
luar biasa, masyarakat indonesia gila akan sepakbola, bakat-bakat muda kita
juga melimpah ruah dari Aceh hingga Papua, hal ini menjadi sangat ironis bila
dikomparasikan dengan fakta bahwa terakhir kali Indonesia menjadi yang terbaik
di Asia Tenggara adalah pada 1991 silam atau 27 tahun yang lalu tepatnya di
ajang Sea Games 1991.
Oleh karenanya kedepan ini kesalahan-kesalahan kita di
masa lalu dalam mengawal dan menjaga para bakat-bakat muda kita jangan sampai
terulang kembali, marilah kita kawal dan jaga mereka bersama, dengan memberikan ruang
(kompetisi, fasilitas, dukungan) yang layak bagi mereka untuk dapat mengembangkan
bakat dan potensi yang mereka miliki secara maksimal, karena pada dasarnya
mereka bukan hanya sekedar aset sepakbola melainkan juga aset bangsa dan
negara.
Menjaga mereka adalah tanggungjawab kita bersama.
Menjaga mereka adalah tanggungjawab kita bersama.
Selesai....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar