Rabu, 25 September 2019

HISTORISITAS POMNAS DAN NARASI KEBANGSAAN


Olahraga pada dasarnya tidak sekadar aktivitas fisik dan jasmani semata, olahraga adalah dimensi peradaban manusia yang multiperspektif. Dalam pemaknaan lain, olahraga adalah entitas dinamika peradaban manusia itu sendiri. Olahraga tidak bisa dilepaskan keterkaitannya dengan entitas sosio-kultural masyarakat baik secara ekonomis, politis, sejarah, sosiologis, budaya, nasionalisme, altruisme hingga religiusitas.

Ditinjau dari segi sejarah, perhelatan even olahraga pertama kali yang diselenggarakan oleh umat manusia adalah olimpiade (kuno) yang diselenggarakan oleh masyarakat Yunani kuno pada tahun 776 sebelum masehi. Pada waktu itu, olimpiade (kuno) diselenggarakan sebagai wujud penghormatan terhadap Dewa Zeus. Dewa yang sangat dihormati oleh bangsa Yunani kuno. Nama “olimpiade” sendiri diambil dari Gunung Olimpus yang dipercaya sebagai tempat bersemayam Dewa Zeus.

Dalam berjalannya waktu, olahraga berkembang semakin kompleks baik secara teknis maupun fungsional. Secara teknis, olahraga semakin berkembang pesat antara abad 18-19 dimana ditandai dengan lahirnya cabang-cabang olahraga baru yang sangat digemari masyarakat seperti sepakbola dan basket. Secara fungsional, olahraga juga berkembang masif dan progresif. Olahraga dapat bermetamorfosa menjadi beragam fungsi. Menjadi alat politis, menjadi alat ekonomi, simbol kehormatan dan perlawanan, hingga penyemai spirit altruisme dan nasionalisme.

Di Indonesia sendiri perkembangan olahraga sudah tumbuh sebelum Indonesia merdeka. Misalnya, Induk organisasi sepakbola Indonesia (PSSI) yang telah lahir sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. Lahirnya PSSI diinisiasi oleh seorang tokoh bernama Soeratin Sosrosoegondo. PSSI sendiri saat itu dibentuk sebagai alat perjuangan dan pemersatu bangsa melalui sarana olahraga. Sebelum PSSI lahirpun, sepakbola sejujurnya sudah hidup dalam hiruk-pikuk kehidupan masyaakat Indonesia. Menurut buku 40 Jar Voetbal in Nederlandsch-Indie 1896-1934 40 (Berrety) pertandingan sepakbola “resmi” di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1901 di alun-alun kota Bandung yang ketika itu penuh sesak oleh penonton.

Setelah Indonesia merdeka, geliat olahraga di bumi pertiwi semakin berkembang. Pekan Olahraga Nasional pertama berhasil diselenggarakan pada tahun 1948 di kota Solo. Kemudian Indonesia berhasil menjadi tuan rumah ajang pesta olahraga terbesar Benua Asia, Asian Games pada tahun 1962 dan tuan rumah Ganefo (tandingan olimpiade) pada tahun 1963.

Sejarah POMNAS

Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional adalah ajang olahraga antar provinsi yang diikuti oleh mahasiswa tingkat diploma, sarjana, dan magister yang digelar setiap dua tahun sekali. Di runtut dari segi sejarah, lahirnya POMNAS diawali dan tidak bisa dilepaskan oleh peran dari Badan Koordinasi Olahraga Mahasiswa Indonesia (BKOMI). BKOMI dibentuk pada tahun 1980 yang kemudian berubah menjadi BAPOMI (Badan Pembinaan Olahraga Mahasiswa Indonesia) sebagai induk organisasi keolahragaan mahasiswa di tanah air. Sebelum lahirnya BAPOMI, organisasi keolahragaan mahasiswa sejujurnya telah ada misalnya UFIA di Jakarta, IOMA di Bandung, dan UFA di Bogor.

Organisasi-organisasi tersebutlah yang mendorong  dan memprakarsai lahirnya Pekan Olahraga Mahasiswa (POM). POM edisi pertama sendiri berhasil diselenggarakan pada tahun 1951 di Yogyakarta. Kegiatan POM kemudian dapat berjalan secara kontinyu setiap 2 tahun sekali. Namun pada tahun 1975, POM yang sebenarnya diadakan di kota Bandung tidak dapat diselenggarakan karena faktor situasi dan kondusifitas. Sejak saat itu, praktis selama kurang lebih 3 tahun kondisi keolahrgaan mahasiswa menjadi lesu, tak berlangsung lama, pada tahun 1978 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia memprakarsai pertemuan yang digelar di Semarang. Pertemuan itu sendiri bertujuan untuk membahas dan mengkoordinir pembentukan organisasi keolarahragaan mahasiswa Indonesia. Pertemuan itu sendiri pada akhirnya menghasilkan sebuah badan organisasi bernama Pembina Olahraga Mahasiswa tingkat nasioanal dan terselenggaranya Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa (PORSENI) Nasional 1 pada tahun 1978.

Pada tahun 1980 akhirnya dibentuk BKOMI (Badan Koordinasi Olahraga Mahasiswa Indonesia) yang kemudian berganti nama menjadi BAPOMI (Badan Pembinaan Olahraga Mahasiswa Indonesia). Di bawah BAPOMI, pada tahun 1990, Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa berubah nama menjadi Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) yang pertama kali diselenggrakan di Yogyakarta. POMNAS sendiri secara kontinyu diselenggarakan setiap dua tahun sekali.

Tercatat kota-kota diberbagai provinsi di Indonesia pernah bertindak sebagai tuan rumah POMNAS. POMNAS I 1990 (Yogyakarta), POMNAS II 1992 (Surabaya), POMNAS III 1994 (Medan), POMNAS IV 1996 (Makassar), POMNAS V 1998 (Kaltim), POMNAS VI 2000 (Bali), POMNAS VII 2001 (Denpasar), POMNAS VIII 2003 (Pekanbaru), POMNAS IX 2005 (Bandung), POMNAS X 2007 (Banjarmasin), POMNAS XI 2009 (Palembang), POMNAS XII 2011 (Batam), POMNAS XIII 2013 (Yogyakarta), POMNAS XIV 2015 (Aceh), POMNAS XV 2017 (Makassar), POMNAS XVI 2019 (Jakarta).

Pada tahun 2019 ini, POMNAS telah memasuki edisi ke XVI yang akan digelar di Jakarta. Penyelenggaraan POMNAS sendiri memiliki tiga tujuan pokok. Pertama, meningkatkan daya saing bangsa melalui kegiatan kemahasiswaan di bidang olahraga. Kedua, menjalin persahabatan antar mahasiswa dari berbagai daerah dan provinsi di Indonesia sebagai upaya memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Ketiga, mencari bibit-bibit atlet potensial dari kalangan mahasiswa guna berkontribusi bagi kemajuan prestasi olahraga nasional.

Narasi Kebangsaan

Jika diruntut secara historisitas (nilai sejarah) entitas olahraga nasional pada umumnya maupun secara khusus dalam hal ini POMNAS tentu tidak akan bisa dilepaskan dari narasi kebangsaan. Narasi kebangsaan dalam rangka memperkuat rasa solidaritas, persatuan, dan kesatuan bangsa. Sebagai bangsa yang multikultural, negara Indonesia membutuhkan ruang-ruang titik temu bagi beragam sekat dimensi perbedaan yang ada, dan salah satu ruang titik temu tersebut tentunya melalui ajang olahraga mahasiswa nasional dalam hal ini POMNAS.

Olahraga adalah sebuah kegiatan yang sarat akan nilai-nilai filosofis nan positif. Nilai-nilai luhur seperti kerja keras, disiplin, kejujuran, pantang menyerah, kolektivitas, respect persatuan (teamwork), hingga sportivitas merupakan nilai-nilai fundamental yang secara harfiah melekat dan inheren dengan kegiatan dan kompetisi olahraga.

Melalui olahraga, mahasiswa/mahasiswi sebagai pemuda/pemudi harapan bangsa akan dididik dan dibekali dengan nilai-nilai luhur tersebut sebagai bekal pribadi maupun modal sosial untuk meningkatkan daya saing bangsa kedepan. Mahasiswa dan mahasiswi Indonesia dituntut tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga harus dibekali dengan kesehatan jasmani dan value hidup yang kokoh baik sebagai individu, mahluk sosial, dan sebagai bagian dari bangsa Indonesia (rakyat).

Oleh karena itu, hadirnya POMNAS tentunya menjadi semacam oase yang dapat menjadi sarana positif sekaligus efektif untuk menghembuskan dan menanamkan narasi-narasi kebangsaan. Pertama, melalui ajang POMNAS, para mahasiswa/mahasiswi dapat belajar bekerja keras dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas dalam berkompetisi yang mana hal itu dapat digunakan sebagai value hidup dalam menghadapi kerasnya persaingan global.

Kedua, melalui ajang POMNAS, para mahasiswa/mahasiswi memiliki saluran positif guna mengejawantahkan energi dan potensi mereka. Ketiga, Melalui POMNAS, para mahasiswa/mahasiswi dapat mengenal dan bersilaturahmi dengan mahasiswa/mahasiswi dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini dapat menjadi sarana positif bagi mahasiswa/mahasiswi Indonesia guna mengenal kebhinekaan Indonesia yang berderivasi dengan munculnya rasa persaudaraan, rasa solidaritas dan semangat toleransi akan keberagaman bangsa Indonesia. Dalam hal ini, POMNAS dapat menjadi ruang titik temu, titik tumpu, dan titik ikat bagi kebhinekaan dan kemajemukan bangsa Indonesia.

Di akhir artikel ini, saya berharap bahwa penyelenggaraan POMNAS XVI yang diselenggarakan pada tanggal 19-26 September di Jakarta dapat berjalan lancar, kondusif, dan kontributif. Selain itu, dalam konteks jangka panjang, saya berharap kegiatan POMNAS ini dapat terus diselenggarakan secara kontinyu sebagai ajang narasi kebangsaan guna menyemai dan membentuk mahasiswa/mahasiswi Indonesia yang berdaya saing, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki value kebangsaan yang kokoh sebagai modal untuk menjaga kebhinekaan dan kemajemukan bangsa serta mampu berkontribusi positif bagi kemajuan dan peradaban bangsa Indonesia.

Salam Olahraga. Hidup mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar