Rabu, 20 Februari 2019

KONSTELASI SEPAK BOLA INDONESIA



Mungkin hanya ada di Indonesia, gelaran turnamen resmi sepak bola terpaksa harus ditunda dan “Mengalah” hanya untuk memberikan tempat bagi digelarnya turnamen pra-musim, mungkin hanya ada di Indonesia regulasi sebuah turnamen resmi dilanggar begitu saja, regulasi yang mengharuskan format pertandingan dilaksanakan dalam dua leg kemudian dikangkangi hanya menjadi satu leg saja, sebagaimana yang terjadi di Piala Indonesia pada pertandingan antara Persebaya vs Persinga dibabak 32 besar lalu, dan mungkin hanya ada di Indonesia pihak-pihak yang memiliki jabatan struktural dalam klub dalam waktu yang bersamaan juga memiliki jabatan dalam induk organisasi.

3 fakta tersebut saya kira sudah cukup untuk mengatakan bahwa sepak bola Indonesia memang lekat dengan kontroversi, bahkan jika kita mau inventarisasi lebih lanjut, tentu akan semakin banyak mengemuka beragam kontroversi dan segala manifestasinya yang menyelimuti wajah persepakbolaan kita.

Terlepas dari fakta bahwa sepak bola kita lekat dengan berbagai kontroversi, sepak bola kita sejatinya juga memiliki dua potensi besar yang jika dikelola secara tepat akan dapat menghasilkan efek yang konstruktif bagi kemajuan sepak bola kita. Namun sayangnya, hingga saat ini dua potensi besar tersebut saya lihat belum dikelola secara tepat dan maksimal.

Dua potensi besar tersebut adalah sumber daya pemain dan fanatisme masyarakat. Berbicara mengenai sumber daya pemain, tentu kita bersama sudah mahfum bahwa sejatinya bakat alam pesepakbola kita tidak kalah dengan negara manapun, dari Aceh hingga Papua bertebaran pemain-pemain potensial sarat kualitas, namun sangat disayangkan, mutiara-mutiara berkilau tersebut belum diasah secara maksimal, selama ini, kita terkesan seperti menyianyiakan begitu saja potensi sumber daya pemain kita yang sebenarnya luar biasa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 

Potensi besar berikutnya adalah fanatisme masyarakat Indonesia akan sepak bola yang luar biasa, seorang pria asal inggris bernama Antony Sutton dalam bukunya yang berjudul “ Sepakbola The Indonesian Way of Life”  mengatakan bahwa fanatisme masyarakat Indonesia akan sepak bola begitu luar biasa bahkan menjadi salah satu yang terbaik di Asia, namun sangat disayangkan potensi tersebut belum digarap secara optimal guna memberikan dampak konstruktif yang signifikan bagi dunia persepakbolaan kita khususnya dari aspek bisnis.

Jika dikonkretisasi, potensi sumber daya pemain kita sejatinya dapat dimanfaatkan guna memberikan efek secara teknis yakni prestasi, sedangkan pada sisi lain, potensi fanatisme masyarakat kita sejatinya dapat dimanfaatkan guna menunjang efek non teknis yakni geliat bisnis dan ekonomi yang pada akhirnya juga berafiliasi dengan pemenuhan prestasi.

Di titik ini, kita bersama menghetahui bahwa kelebihan sepak bola Indonesia terletak pada potensi sumber daya pemain dan fanatisme masyarakat, dimana kedua potensi tersebut belum digarap dan dikelola secara optimal guna memberikan dampak signifikan bagi kemajuan sepak bola kita.

Jika sumber daya pemain dan fanatisme masyarakat menjadi titik kelebihan sepak bola kita, maka titik lemah dari sepak bola Indonesia sendiri saya kira terletak pada 3 aspek, pertama profesionalisme, kedua kultur/budaya, dan ketiga sport science. 

Suka tidak suka kapasitas profesionalisme sepak bola kita (secara umum) dalam hal ini mencakup profesionalisme induk organisasi, klub, pelatih, pemain, hingga wasit belum pada tataran yang ideal, seorang Bambang Pamungkas pernah mengatakan bahwa profesionalisme disepak bola Indonesia masih sekedar slogan, banyak pelaku sepak bola mengaku atau berlabel profesional namun tidak memiliki sikap dan cara pandang yang mencerminkan apa itu profesional, di Indonesia kata profesional hanya sekadar manis dikata namun jauh dari realita.

Kemudian soal kultur/budaya, sepak bola kita saya kira juga belum ideal meskipun sudah lebih baik dari dekade sebelumnya, banyak kebiasaan-kebiasaan dalam sepak bola kita yang dapat menjadi serat penghambat bagi terciptanya iklim prestasi, seperti tawuran antar suporter, budaya menghalalkan segala cara untuk menang, dan ada satu budaya dalam sepak bola Indonesia yang tidak banyak orang menghetahui, yakni budaya seorang pemain memberikan sebagian uang kontraknya dari klub kepada pelatih (10-20 %) sebagai tanda terimakasih, soal budaya ini, saya mendengar sendiri secara langsung dari bapak saya yang notabene adalah mantan pemain sekaligus pelatih sepak bola dan juga dari seorang pemain asing yang bermain di liga Indonesia.

Selanjutnya, kelemahan sepak bola Indonesia juga terletak pada minimnya daya dukung sport science, secara umum, sport science diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsip science secara multidisipliner meliputi psikologi, fisiologi, biomekanika, teknologi, statistik dll yang bertujuan guna meningkatkan prestasi olahraga atlet. Pada sport science inilah kita masih tertinggal sangat jauh dari negara-negara lain yang persepakbolaannya maju khususnya dari negara-negara eropa. Di Indonesia sendiri pendekatan sport science masih kurang populer digunakan sebagai metode guna meningkatkan prestasi, praktis, selama ini cara-cara konvensional masih menjadi metode andalan guna meraih prestasi yang sayangnya tak kunjung jua teraih hehe.

Oleh karenanya, secara garis besar (saya tidak membahas secara teknis) langkah untuk meningkatkan dan memajukan prestasi sepak bola indonesia yakni dengan jalan memaksimalkan potensi yang dimilikinya yaitu sumber daya manusia (pemain) dan fanatisme masyarakat, disisi lain juga harus dilakukan langkah-langkah konkret dan sinergitas guna meminimalisir kelemahan-kelemahan yang ada, meliputi pembangunan profesionalisme, restorasi kultur/budaya, dan penggunaan sport science.

Artinya, kemajuan sepak bola Indonesia membutuhkan peran, sumbangsih, sinergi, dan tanggungjawab kita bersama, baik pemerintah pusat maupun daerah, induk organisasi, klub, pemain, pelatih, wasit, suporter, pers, dan masyarakat. Semua stakeholders sepak bola Indonesia tersebut harus mampu membangun hubungan secara sinergis dengan prinsip check and balance serta dilandasi basis semangat progresifitas demi mawujudnya kemajuan dan prestasi sepak bola nasionaal

Hanya dengan begitulah kita memiliki harapan akan masa depan yang cerah bagi dunia sepak bola kita tercinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar