Sabtu, 05 Januari 2019

HIDUP SEBAGAI SISTEM NILAI




Pancasila dapat dikaji dalam berbagai perspektif terkait dengan kedudukan atau fungsi dalam kehidupan negara, pertama, dalam kehidupan bermasyarakat, Pancasila berkedudukan sebagai pandangan hidup (way of life) yang memberikan world view dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, kedua, dalam kehidupan berbangsa, Pancasila berkedudukan sebagai ideologi negara, dalam hal ini terkait fungsi sebagai alat pemersatu dan integrasi sosial dalam dimensi kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Ketiga, dalam kehidupan bernegara, Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, grundnorm atau norma dasar dalam penyelenggaraan negara, sebagai dasar negara, Pancasila berfungsi sebagai dasar validitas berlakunya produk-produk hukum turunan Pancasila seperti UUD, UU, Perpres dll. Dan keempat, dalam kehidupan internasional, Pancasila berfungsi sebagai the margin of apreciation, yakni sebagai prinsip dan pedoman dalam melaksanakan hubungan dan pergaulan internasional.

Dalam sisi lain, Pancasila juga dapat dikaji dalam perspektif sebagai sistem nilai, terkait hal ini Pancasila dapat terkontruksi menjadi 3 jenis nilai, pertama, nilai dasar, yakni nilai yang bersifat universal, abstrak, rigid, dan abadi yakni nilai abstraksi dari kelima sila dari Pancasila seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan atau demokrasi, dan nilai keadilan sosial. Kedua, nilai instrumental yakni nilai yang merupakan penjabaran atau pengejawantahan dari pada nilai dasar, nilai instrumental bersifat tidak rigid, menjurus hal yang lebih teknis, normatif dan dapat diaktualisasi sesuai dengan perkembangan zaman dan keadaan masyarakat Indonesia, Misalnya UUD, UU, Perda dll. Ketiga, nilai praksis yakni pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai sebuah sistem nilai pada hakikatnya dapat dianalogikan dalam kehidupan kita sebagai insan manusia, sebagai manusia kita pun harus memiliki nilai-nilai hidup, baik yang bersifat nilai dasar, nilai instrumental maupun nilai praksis. Nilai hidup menjadi penting guna menjaga dan memandu kita dalam menghadapi kompleksitas hidup di dunia. Nilai hidup akan menjadi leitstar atau bintang pemandu yang menggerakkan suasana kebathinan dan moralitas kita dalam menjalani aktivitas kehidupan ini.

Hidup tanpa memiliki nilai-nilai hidup ibarat sebuah kapal yang tidak memiliki tujuan ditengah luas dan ganasnya lautan.

Sebagai insan manusia kita harus memiliki nilai dasar dalam hidup (basic principle) yang kita jadikan sebagai alas dan landasan hidup kita dalam menjalani segala aktivitas kehidupan di dunia, nilai dasar adalah nilai yang bersifat universal, rigid, dan abadi atau secara sederhana saya artikan sebagai nilai-nilai yang selalu kita pegang teguh hingga mati tanpa kompromi, misalnya nilai keimanan (ketuhanan), nilai kejujuran, nilai kepercayaan diri, nilai kemanusiaan dan lain sebagainya,  tergantung dari tiap-tiap individu.

Kedua, manusia juga harus memiliki nilai instrumental, yakni nilai-nilai yang bersifat tidak saklek yang dapat diaktualisasi sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman maupun keadaan kita, misalnya cita-cita pekerjaan, target menikah, pemilihan jenis usaha dan lain sebagainya.

Dan yang ketiga, nilai praksis, dalam hal ini saya konsepsikan sebagai proses implementasi atau peng-integrasian nilai-nilai dasar hidup kita dalam aktivitas nilai instrumental yang kita pilih, misalnya dalam menjalani pekerjaan atau proses meraih cita-cita kita harus selalu melandasinya dengan basic principle hidup kita.

Pada suatu waktu ketika saya sedang ngopi bersama salah seorang teman SMA saya, saya dan teman saya atau kami lebih tepatnya pun terlibat diskusi yang cukup hangat, pokok diskusi kita saat itu terkait majunya Agus Harimurti Yudhoyono dalam kontestasi politik pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Diskusi dimulai saat teman saya mengkritisi seorang Agus Harimurti Yudhoyono yang memilih terjun ke dunia politik praktis dan meninggalkan kedinasannya sebagai tentara, teman SMA saya itu berkata “Wah payah AHY ora konsisten blas, ora ndue prinsip, tibake podo koyo bapakne, tergoda kekuasaan” dalam bahasa indonesia “ Wah payah AHY tidak konsisten sama sekali, tidak memiliki prinsip, ternyata sama saja seperti bapaknya, tergoda kekuasaan”, saat itu saya menimpali perkataan teman saya tersebut “Bro jangan prematur mengatakan AHY tidak konsisten dan tidak memiliki prinsip, AHY saat ini hanya sekedar pindah media pengabdian diri saja, dahulu di bidang militer sekarang di bidang politik, dan hal itu tidak bisa kita jadikan alat justifikasi untuk mengatakan AHY inkonsisten, AHY baru bisa kita katakan inkonsisten dan tidak memiliki prinsip hidup jika nanti dalam pergulatannya dengan dunia politik membuat dia kehilangan nilai-nilai dasar dalam hidupnya yang selama ini selalu ia pegang teguh ketika menjalani karir di dunia militer, misalnya nilai kejujuran, nilai kedisiplinan, nilai patriotisme dll”

Teman saya kembali kembali berkata “Berarti pindah-pindah bidang (pekerjaan) itu tidak menunjukkan sikap inkonsisten bro ?”, saya pun menjawab “Hmm dalam perspektif ku tidak bro, pemilihan bidang itu hanya sekedar nilai instrumental dalam hidup, apapun bidang yang kita geluti (meski pindah) asalkan selalu kita landasi dengan nilai-nilai dasar hidup kita yang bersifat positif it’s not problem, yang dinamakan inkonsisten itu jika seseorang tidak memiliki pendirian yang kuat akan penerapan nilai dasar dalam hidupnya, contoh seorang yang saat menjadi aktivis mahasiswa memiliki sifat jujur, namun ketika dia duduk di kursi kekuasaan justru menjadi koruptor itulah yang dinamakan inkosisten bro, inkonsisten itu hilangnya nilai dasar hidup bukan tentang pindah bidang pengabdian”. Teman SMA saya itupun menggut-manggut sambil berkata “Oalah gitu tho”.

Pada prinsipnya, dalam menjalani hidup kita harus memiliki nilai dasar hidup yang selalu kita pegang teguh hingga akhir hayat, kemudian, terkait nilai instrumental, dapat kita aktualisasi sesuai dengan perkembangan zaman dan keadaan, dan yang terakhir apapun nilai instrumental yang kita pilih, wajib selalu kita landasi dengan nilai-nilai dasar hidup kita, itulah yang dinamakan nilai praksis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar