Rabu, 12 Februari 2020

ENTITAS SEPAK BOLA INDONESIA


Dalam berbagai tulisan dan diskusi bersama kawan-kawan yang concern terhadap sepak bola Indonesia (yang miskin prestasi) saya selalu menyampaikan bahwa kelemahan sepak bola Indonesia itu ada 3. Kelemahan disini tentunya berkaitan dengan dimensi sepak bola secara luas dimana melibatkan semua stakeholders dalam entitas sepak bola.

Kelemahan pertama adalah terkait pendekatan sport science. Dalam dunia modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki pengaruh sangat besar dalam menentukan kemajuan dan prestasi sebuah sekup. Dapat dikatakan maju tidaknya sebuah sekup sangat tergantung dari bagaimana mereka bisa bersinergi dengan kemajuan dan transformasi iptek.

Di negara-negara sepak bola maju seperti Jerman, Inggris bahkan Jepang, sport science memegang peranan penting dalam memaksimalkan potensi sekaligus prestasi seorang pemain maupun sebuah klub. Sport science disini meliputi ilmu statistik, ilmu biologi, gizi, anatomi, fisioterapi, psikologi dll.

Kelemahan kedua adalah terkait kultur atau secara lebih spesifik berbicara soal profesionalisme para stakeholders sepak bola. Profesionalisme sendiri saya maknai sebagai sikap, cara pandang, dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai formal dan etis dalam menjalankan profesi dan fungsi.

Di Indonesia dapat kita lihat bagaimana otoritas sepak bola (PSSI), manajemen klub, wasit, bahkan pemain sekalipun masih jauh dari guideline "profesional" hal ini sudah menjadi rahasia umum, meski beberapa tahun kebelakang ini, nilai profesionalisme dalam entitas persepakbolaan nasional sudah berkembang ke arah yang positif.

Kelemahan ketiga adalah terkait minimnya sarana dan prasarana yang modern dan berkualitas. Khususnya saat berbicara mengenai kualitas lapangan sepak bola di Indonesia dan sarana penunjang lainnya. Logika sederhananya, bagaimana bisa meraih prestasi maksimal jika sarana dan prasarana dasar masih belum terpenuhi secara optimal dan memadai

Sedangkan dua kelebihan sepak bola Indonesia adalah dalam hal fanatisme dari masyarakat Indonesia yang sarat potensi guna menjadi roda penggerak bagi tumbuhnya industri sepak bola dan berlimpahnya sumber daya manusia (pemain).

Sepak bola pada dasarnya merupakan sebuah dimensi yang integral. Sebuah entitas yang dinamis dan terstruktur. Dalam artian, maju tidaknya tergantung dari peran dan support banyak pihak. Oleh karenanya, diperlukan sebuah sinergitas secara konstruktif (sesuai peran dan porsinya masing-masing) guna memajukan persepakbolaan Indonesia.

"Koentji" membenahi persepakbolaan Indonesia sebenernya sederhana, bagaimana mereduksi sisi kelemahan dan optimalisasi sisi kelebihan. Mereduksi kelemahan dan optimalisasi kelebihan adalah kunci meraih prestasi.

Sekarang, dimensi pertanyaannya pun menjadi mengerucut bukan tentang tau atau tidak tau melainkan tentang mau atau tidak mau.

Karena menurut hemat saya, kelebihan dan kelemahan sepak bola kita sejujurnya sudah gamblang terlihat. Bahasa jawanya cetho welo-welo. Tinggal mau atau tidak mau saja (membenahi).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar